Langsung ke konten utama

REVIEW Inventing Anna


Jika bulan lalu nonton The Tinder Swindler, bercerita tentang Simon Leviev alias Simon Hayut yang memperdaya banyak perempuan lewat aplikasi Tinder, di serial kali ini yang aku tonton juga sekilas mirip, memiliki benang yang sama: menipu. Bedanya jika dalam The Tinder Swindler tokoh penipunya adalah laki-laki, dalam serial ini tokoh utamanya perempuan. Sama-sama diangkat dari kisah nyata. Jika Simon Lievev dalam serial The Tindler Swindler memperdaya para perempuan dengan pesonanya, dalam serial ini Anna Delvey alias Anna Sorokin memperdaya orang-orang penting di New York: bankir, konsultan, sosialita, bahkan beberapa bank besar dan juga hotel.
Anna Delvey ini menurutku cerdas. Jika Simon Lievev melakukan semuanya dengan tim, Anna Delvey melakukan semuanya sendiri, meski di awal dia melakukannya berpatner dengan mantan pacarnya yang sebenarnya juga punya tujuan lain.

Terlepas dari kejahatan atau penipuan yang dilakukannya, sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah Anna Delvey alias Anna Sorokin ini:
 


1. Pintar Berkomunikasi
Anna Delvey dalam setiap kesempatan, terutama saat bertemu orang-orang penting di New York seperti para sosialita, bankir, konsultan dan lain-lain, Anna Delvey pintar sekali mengambil hati mereka karena dia pintar berkomunikasi. Tidak hanya bisa menguasai tujuh bahasa, dia juga memiliki pengetahuan yang luas di berbagai bidang. Misal, saat bertemu sosialita di pameran lukisan, dia paham mana lukisan mahal yang penuh arti. Dari situ, orang lain percaya kepadanya yang sering menyebut dirinya adalah anak orang kaya yang kelak akan memiliki banyak warisan dari ayahnya.
 


2. Royal. 
Selain pintar berkomunikasi, Anna Delvey sangat royal membagikan tips pada pelayan hotel. Maka jangan heran jika dia selalu lolos bisa tinggal di hotel selama berbulan-bulan. Itu tidak hanya dia lakukan pada satu hotel, tapi juga beberapa hotel. Begitu juga caranya memikat orang yang baru dikenalnya, salah satunya Rachel yang merasa dirinya adalah korban. Padahal setelah dipikir-dipikir memang benar apa yang dibilang polisi jika ini tidak bisa dikasuskan karena selama liburan, Anna dan Rachel sama-sama menikmatinya, begitu juga saat pembayaran pun Anna tidak pernah memaksa Rachel untuk membayar tunggakan liburan mereka. Itu memang inisiatif Rachel sendiri, karena dipikirnya Anna pasti bisa mengembalikan semua uang yang dikeluarkan untuk liburan mereka. Apalagi selama ini, Anna sering memberikan tidak hanya berupa barang-barang mewah, tapi juga ke spa gratis dan juga liburan lainnya.


3. Penampilan berkelas. 
Dulu aku pikir memakai baju, tas, sepatu yang tidak bermerk bukanlah masalah selagi itu nyaman dengan kita sepanjang hari. Nyatanya, setelah dewasa aku paham kenapa banyak orang berlomba-lomba memakai sesuatu yang branded karena butuh validasi dari orang lain. Ya, untuk beberapa pekerjaan tertentu memang mengharuskan itu. Untungnya aku bekerja di bidang pendidikan yang tidak membutuhkan penampilan ekstra alias bisa tampil  apa adanya, hahaha... x)) 
 
Nah, bagi Anna penampilan adalah segalanya. Semakin mewah tas, baju, sepatu atau apa pun yang ia kenakan, akan semakin orang menganggap dirinya. 

Tidak hanya itu, bahkan di persidangan pun dia sangat memperlihatkan penampilannya. Karena baginya, ketika di persidangan semua media dan kamera akan tertuju padanya. Bukan tanpa alasan Anna Delvey bersikap seperti ini, di masa lalu dia pernah mengalami hal tidak enak yang membuatnya saat dewasa haus butuh validasi dari orang lain. Anna ini sebenarnya mengalami inner child yang lumayan berat di masa kecil, apalagi statusnya sebagai imigran.
 


4. Negosiasi.
Karena dia pintar berkomunikasi dan bisa mengambil hati orang lain, menjadi nilai plus baginya saat bernegosiasi meski yang dihadapinya adalah orang-orang penting yang umurnya bahkan seumuran orangtuanya. Karena kelihaiannya dalam bernegosiasi, dia terlihat gampang dalam menyakinkan para calon klien yang akan membantu atau mau bekerjasama dengannya.
 


5. Networking.
Anna Delvey adalah salah satu generasi milenial yang mampu memanfaatkan media sosial untuk kepentingannya. Dia selalu memperhatikan akun sosial media milik orang-orang penting yang sekiranya bisa ia manfaatkan. Misal, saat ada pemilik kapal pesiar sedang mengadakan pesta, dia berbohong jika sedang berada di daerah yang sama demi bisa diundang, padahal dia sedang ada di negara lain. Dia memang berusaha maksimal dalam memanfaatkan networking yang ia dapatkan. 
 


6. Fokus dengan target/ mimpi. 
Dari awal, Anna Delvey sangat yakin dan ambisius terhadap impiannya untuk membeli sebuah bangunan di tengah kota New York untuk yayasan yang akan didirikannya. Apa bedanya ambisius denga tekun? Ambisius adalah akan melakukan segala cara untuk mengupayakan mimpinya sampai terwujud. Sedangkan tekun akan mewujudkan impian sesuai kemampuannya tanpa perlu melakukan segala cara apalagi menjatuhkan orang lain.
 


7. Percaya diri.
Di setiap kesempatan, Anna Delvey selalu percaya diri sehingga meyakinkan para kliennya untuk bekerjasama. Orang yang percaya diri tentu akan lebih percaya dibandingkan orang yang berbicara saja sudah gugup. 
 


8. Flexing.
Dengan tampilan yang serba branded sebenarnya Anna Delvey sengaja flexing ini, menjadi salah satu trik marketing yang dilakukannya untuk meyakinkan para klien agar mau bekerjasama dengannya. Dengan flexing, memudahkan jalannya untuk masuk ke lingkungan para sosialita.
 


9. Single Fighter
Dalam melakukan aksinya, Anna Delvey melakukannya sendiri. Dia tidak terkecoh rayuan para lelaki yang akan menjadi calon kliennya. Cukup sekali dia dibodohi oleh sang mantan pacar yang sebenarnya juga punya misi tersendiri. Ada beberapa alasan kenapa Anna memiliki trust issue, alias susah percaya dengan orang lain. Masa lalu yang suram membuatnya tidak terlalu percaya dengan orang lain.
 


10. Wonderwoman
Sebenarnya ada selipan kesetaraan gender di sini. Misal saat Chase, mantannya Anna Delvey yang tanpa disadari kerap meremehkan project Anna Delvey dan merasa project miliknya lebih penting. Begitu juga soal penamaan yayasan yang namanya melekat, Nora seorang sosialita menganggap itu hal bagus karena tidak hanya Anna Delvey, nama yayasan didirikan Nora juga memakai namanya sendiri. Satu lagi, Anna mengubah penampilannya yang awalnya masih terlihat abege yang tidak bisa dipercaya kredibilitasnya, mengganti semua yang dikenakannya dengan baju-baju yang lebih formal dengan tambahan kacamata demi meyakinkan para kliennya untuk berinvestasi kepadanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo

  Sebenarnya gak antusias waktu tahu serial ini tayang. Pertama, setting cerita yang ala-ala kerajaan gitu biasanya bertele-tele. Kedua, pemain perempuannya banyak yang bilang nggak suka. Tapi semakin ke sini, makin banyak yang bilang suka drama ini dari segi cerita. 

REVIEW Extracurricular

  Awalnya gak niat nonton ama drama ini, ternyata banyak yang bilang bagus. Bukan sekedar kisah remaja dengan cerita menye-menye semata. Terlihat dari posternya yang terkesan dark, drama ini mengisahkan sisi kelam para remaja: prostitusi online.

REVIEW Welcome to Waikiki 2

Setelah nonton drama Welcome to Waikiki 1 yang super parah sengkleknya, rasanya kurang afdol jika nggak nonton seri yang kedua x))