Waktu drama ini tayang, aku sedang Diklat Online sekitar tiga minggu yang artinya banyak tugas individu, tugas kelompok, ditambah juga quis. Karena itu saat drama ini gencar diperbincangkan dimana-mana, aku berusaha menahan diri untuk tidak menonton dulu sampai diklat onlinenya selesai meski dengan resiko sudah mulai bertebaran spoiler dimana-mana x))
Dan aku tidak akan membahas jalan ceritanya secara rinci karena sudah banyak dibahas dimana-mana. Aku akan membahas dari sisi lain yang sekiranya belum jarang orang lain membahasnya x))
Ada tujuh permainan di serial ini yang sebenarnya mengadaptasi dari permainan tradisonal yang ada di Korea Selatan yang juga mirip-mirip dengan permainan yang ada di Indonesia.
Pertama, permainan lampu merah lampu hijau ini sekilas mirip permainan petak umpet di Indonesia. Saat permainan ini banyak yang berfokus pada kejamnya sistem permainan ini: jika bergerak saat lampu merah menyala, langsung mati di tempat. Dalam kehidupan nyata, seringkali tanpa disadari kita melanggar aturan. Bedanya kita seringkali tidak mendapat sangsi secara langsung. Fungsi boneka yang menoleh ke kanan dan ke kiri ibarat mata Tuhan yang jeli melihat perbuatan kita.
Apakah ada yang memperhatikan warna baju yang dikenakan anaknya Gi Hun, sama-sama kuning seperti baju yang dikenakan boneka dalam permainan lampu merah lampu hijau? Begitu juga dengan hadiah yang diberikan untuk anaknya ternyata adalah pistol yang seperti akan membidiknya suatu saat.
Kedua, ada Ddakji. Di gambar ini kita bisa melihat bahwa Gong Yoo menawarkan kartu dengan dua warna yang berbeda, merah dan biru yang juga memiliki simbol makna.
Orang Korea Selatan kerap menyebut warna biru menjadi warna hijau. Jika kita perhatikan saat permainan Squid Game, kita akan menemukan dua perbedaan warna bagi petugas mengenakan seragam yang berwarna merah, sedangkan peserta mengenakan seragam berwarna hijau. Warna seragam ini seperti ditentukan dari kartu yang dipilih mereka saat permainan Ddakji.
Oya, jika di perhatikan seksama para petugas meski sekilas sama-sama berseragam merah, tapi ternyata ada perbedaan dalam simbol yang menutupi wajah mereka: lingkaran, segitiga dan persegi. Petugas dengan logo topeng wajah simbol persegi sepertinya memiliki jabatan lebih tinggi dibandingkan yang bertopeng dengan simbol lingkaran maupun segitiga.
Ketiga, Dalgona atau Ppopgi. Mungkin ini permainan yang tidak ada di Indonesia ya. Jika kita melihat simbol-simbol yang ada, kita akan menemukan kembali simbol lingkaran dan segitiga.
Keempat, ada permainan Ojingeo Nori. Sekilas mengingatkan permainan favorit saat aku masih SD: gobak sodor. Dalam permainan ini, bergantian menjadi tim bertahan ataupun tim penyerang. Permainan ini memang menjadi permainan klimaks untuk menentukan siapa yang akan berhasil membawa uang yang telah diselenggarakan dalam permainan ini. Jika diperhatikan, dalam permainan gobak sodor kita bisa melihat kembali simbol lingkaran, segitiga dan persegi.
Kelima, ada permainan pijakan kaca yang malah mengingatkan pada jembatan shiratal mustaqim x))
Masih ada permainan lainnya yaitu permainan kelereng dan tarik tambang. Keduanya juga ada di Indonesia, jadi gak perlu kujelaskan lagi apa makna dari dua permainan ini.
Sekarang kita akan membahas beberapa tokohnya. Pertama, ada Gi Hun yang menjadi tokoh utama dalam serial ini. Di awal episode, kita mungkin sebal dengan perilakunya; sosok pengangguran yang diceraikan istrinya hingga terpaksa hidup berpisah dengan anaknya dan senang berjudi. Ditamnbah lagi menjadi beban hidup bagi ibunya yang sudah tua. Tapi jika kita perhatikan, bukan tanpa sebab dia menganggur. Dia diberhentikan dari pekerjaannya saat melakukan aksi demo buruh untuk mendapatkan gaji yang layak. Lewat tokoh Gi Hun ini saat ibunya menderita diabetes dan harus dioperasi secepatnya, juga kita perlu belajar bahwa untuk memiliki asuransi yang menjadi bekal kita di hari tua. Sebenarnya sang ibu sempat memiliki asuransi, sayangnya berhenti karena ulah anaknya ini.
Kalau diperhatikan, selama permainan berlangsung, Gi Hun tidak pernah membunuh orang lain untuk melewati satu permainan meskipun itu sulit. Gi Hun malah bisa dikatakan tampak naif. Dibalik sikapnya yang tampak tidak bertanggung jawab akan keadaan keluarganya karena masalah ekonomi, dia tidak pernah menyakiti orang lain. Orang-orang naif seperti Gi Hun terkadang tanpa disadari sering dimanfaatkan oleh orang lain. Bisa kita lihat saat sesi permainan kelereng berlangsung.
Cho Sang Woo, teman masa kecil Gi Hun yang sangat berbeda jauh dengan karakter Gi Hun. Dia kebanggaan orangtuanya sejak kecil, lulusan Seoul National University tapi tidak menjamin kehidupannya mudah di masa depan. Dia terlilit hutang dengan nominal yang tidak sedikit. Dari tokoh Cho Sang Woo ini kita belajar bahwa pendidikan yang tinggi di masa muda tidak menjamin keberlangsungan hidup seseorang.
Kang Sae Byok ini menjadi salah satu dari sedikit perempuan yang mengikuti Squid Game. Berasal dari Korea Utara dan memiliki adik yang berada di Panti Asuhan. Kerap dibohongi, dia tidak percaya dengan orang lain, apalagi tidak dikenalnya.
Abdul Ali, dari namanya saja kita bisa menebak jika dia berasal dari mana. Menjadi seorang imigran, tentu finansial menjadi masalah utama apalagi memiliki istri dan anak yang harus diurusnya. Isu rasis juga terlihat dari tokoh ini, bagaimana dia diremehkan di tempat kerjanya, bekerja keras tapi tidak dibayar sesuai.
Oh II Nam, kakek dengan nomer urut 001 ini mengajarkan kita bahwa kita tidak boleh meremehkan orang yang tampak lemah.
Dan masih banyak lagi tokoh lainnya yang juga bermasalah dengan ekonomi alias terlilit hutang yang tidak sedikit dan mengadu nasib untuk bermain meski harus menggadaikan nyawa mereka.
Ada yang nyadar gak sih kalau pas scene ini sempat disebutkan kode 69 yang artinya jeruk makan jeruk x))
Dari serial ini kita belajar bahwa yang berkuasa bisa seenaknya mengatur kehidupan kaum bawah dan menjadikan mereka sebuah permainan yang menarik untuk ditonton. Lewat serial ini pula kita jadi paham bahwa tidak punya apa-apa seringkali membuat kita menderita, tapi ternyata mempunyai segalanya berlebihan juga belum tentu membuat kita bahagia.
Komentar
Posting Komentar