Baru beberapa hari tayang, film ini meledak dan menembus angka penonton yang cukup fantasis mengingat kita masih mengalami masa pandemi. Ini menjadi angin segar bagi perfilman Indonesia. Ada banyak alasan kenapa harus nonton Film Kukira Kau Rumah ini:
1. Aquarium biru yang berisi beberapa
ikan di samping tempat tidur Pram memiliki makna semiotika tersendiri. Ikan-ikan
yang berada di aquarium ibarat kehidupan Niskala yang tampak nyaman sebenarnya
terkekang karena tidak bisa bebas berenang di luar jalur. Sama halnya dengan
kehidupan Niskala, tanpa disadari orangtua dan para sahabatnya karena saking
sayangnya malah menjadi super protektif pada dirinya.
2. Niskala menyebut perpustakaan ibarat kuburan sebagai tempat favoritnya dari tempat melarikan diri dari hiruk pikuknya kehidupan. Sebagai pustakawan, aku ngakak banget bagian scene di perpustakan meski hanya ditampilkan dua kali. Yang pertama, scene yang disajikan cukup panjang. Niskala mengambil banyak buku untuk dipinjam, sementara peraturan perpustakaan hanya memperbolehkan pemustaka untuk meminjam maksimal tiga buku. Sindiran halus terlontar dari bibir Niskala bahwa buku yang masih bersih slip peminjamannya lebih baik dipinjamnya karena kasihan buku itu menganggur tidak ada yang meminjam x))
3. Niskala meminjam banyak buku juga
memiliki makna semiotika. Ambisiusnya dalam mengerjakan tugas-tugas sejak
sekolah sampai kuliah, berusaha selalu ingin menjadi yang pertama dan terbaik,
tidak mau kalah dengan orang lain, dan selalu membaca banyak buku demi ingin
menunjukkan kepada papanya bahwa dia mampu menjadi manusia normal pada umumnya.
Dia sangat butuh validasi dari papanya bahwa dia bisa.
4. Komik dan beberapa buku yang berserakan
di meja belajar Pram, juga menandakan bahwa buku menjadi salah satu teman
terbaik Pram selain gitar dalam melawan kesepian.
5. Film ini bertema mentall illness. Khususnya
dari tokoh Niskala yang mengidap bipolar. Seperti yang kita ketahui, penyintas
ini mengalami pergantian mood yang sangat drastis; manic (bahagia sekali) dan
depresi (sedih sekali). Prilly Latuconsina memerankan secara apik dan natural.
6. Dampak broken home yang dialami baik dari sisi Niskala maupun Pram
memiliki cerita yang berbeda. Pram yang hidup berdua dengan mamanya tapi jarang
sekali bertemu meski mereka satu rumah. Semenjak kepergian papa dari rumah
mereka, mamanya bekerja keras dengan cara menyibukkan diri sampai lupa dengan
sisi psikologis sang anak, Pram yang merasa kesepian. Niskala sebenarnya
memiliki papa dan mama yang lengkap. Tapi Niskala merasa takut dengan mereka,
terutama papanya yang terlalu over protektif. Tanpa disadari, banyak orangtua
yang bersikap seperti papanya Niskala ini. Maksud hati ingin melindungi
anaknya, tapi justru membuat sangat anak terluka secara psiksis.
7. Sama seperti halnya orangtua
Niskala, sahabatnya; Dinda dan Oktavianus juga super protektif dengan Niskala. Hal
yang sering dilupakan dari para penyintas ini adalah bahwa mereka ingin
dianggap seperti manusia pada umumnya. Orangtua dan para sahabat Niskala selalu
menyebutnya sebagai anak yang berbeda, padahal dia tidak mau diistimewakan.
8. Ketika seseorang mengalami kesehatan mental, mereka hanya butuh didengarkan dan ditemani. Bukan diceramahi apalagi sampai dikekang.
Film ini termasuk bagus ditonton tidak hanya untuk remaja, tapi juga untuk para orangtua agar memahami bagaiman kondisi remaja dan menyikapinya. Oya, khususnya buat para remaja, setelah menonton film ini jangan langsung self diagnosis ya. Untuk pemeriksaan kejiwaanmu lebih lanjut, harus ditangani oleh pihak professional, bisa psikolog maupun psikiater yang terpercaya.
Komentar
Posting Komentar