"Apa yang terjadi padaku seperti di dalam film. Namun di film, selalu ada orang yang jahat." -Cecilie-
Film The Tinder Swindler ini mencuri perhatian di bulan ini. Diangkat dari kisah nyata, film dokumenter ini menurutku sebenarnya banyak juga yang mengalaminya tapi mungkin skala kecil. Penipuan bermodus via sosial media. Bedanya, kisah beberapa perempuan di film ini mengalami guncangan yang lebih besar dan juga memberikan dampak yang besar.
Tidak hanya satu, tapi ada beberapa korban yang ditampilkan dalam film ini. Berikut beberapa hal yang bisa kita pelajari dalam menjalin hubungan terhadap lawan jenis dari film ini:
1. Cari Tahu Dulu
Sebenarnya zaman sekarang serba digital ini, mudah sekali mendeteksi biodata seseorang. Pengalaman pribadiku, kalau kenalan dengan seseorang, pertama kali yang kulakukan adalah googling namanya. Lalu cek sosial medianya. Simon dalam film ini sebenarnya sudah ada kasusnya di artikel internet, sayangnya perempuan-perempuan di film ini sudah terlanjur percaya dengan sosial media Simon dan meski sebenarnya juga mereka sempat googling nama Simon Leviev, yang sebenarnya nama aslinya adalah Simon Hayut. Padahal, dengan memasukkan foto seseorang saat kita googling, juga bisa mendeteksi artikel apa saja yang muncul lewat foto yang kita miliki.
2. Dunia Maya ≠ Dunia Nyata
Jangan terlena dengan apa yang ditampilkan di media sosial milik orang lain, karena belum tentu merepresentasikan kehidupan sebenarnya. Seperti Simon Leviev, akun instagram dan tindernya tampak menyakinkan; tampan, kaya, dan memiliki relasi orang-orang penting. Plus memiliki pengikut dan jumlah like yang banyak di akun sosial medianya. Tampak meyakinkan sekali jika tipe cowok kayak gini terlihat sempurna. Dan sudah pasti banyak cewek-cewek kepincut.
3. Love Bombing
Simon memang pintar sekali meluluhkan setiap perempuan di awal pertemuan dengannya; kata-kata manis, hadiah berlebihan, bertemu di hotel mewah, mengendarai mobil mewah dan segala kemewahan lainnya tentu membuat terlena setiap perempuan yang didekatinya. Padahal jika secara nalar, pemberian berlebihan seperti itu harusnya diwaspadai.
4. Cinderella Syndrom
Banyak perempuan yang berharap akan datang pangeran berkuda putih dan membawanya ke istana. Efek film-film Disney, tanpa disadari membuat banyak perempuan bermimpi seperti Cinderella. Padahal itu hanya ada dalam di dalam dongeng semata. Begitu melihat cowok seperti Simon ini, tentu ekspetasi mereka seperti menjadi Cinderella yang menemukan pangeran berkuda putih lengkap dengan istana mewahnya.
5. Red Flag
Salah satu ciri hubungan yang termasuk Red Flag adalah terlalu mengontrol. lni terlihat dari cara Simon mengontrol perempuan-perempuan yang didekatinya. Dan juga manipulatif alias memutarbalikkan fakta. Pelaku yang melakukan banyak kesalahan, tapi sang korban yang justru sering disalahkan, bahkan tak jarang dicaci-maki. Tanpa disadari juga, relationship kategori ini, sang korban memberikan semua waktunya untuk pasangannya.
6. Jangan Pernah Meminjamkan Nama
Jangan pernah meminjamkan nama sebagai jaminan maupun hutang. Salah satu trik Simon agar namanya tidak terdeteksi adalah berpura-pura meminta pertolongan pada sang korban dengan alih musuhnya sedang mengintainya jika dia mengambil uang dari kartu kreditnya. Nah, ini yang menjadi faktor kenapa Simon susah dijebloskan ke penjara karena tidak ada bukti transfer atas dirinya. Pokoknya gila banget ini Simon aksi manipulatifnya. Sebenarnya kita harus curiga, kalau ada orang yang baru dikenal ujung-ujungnya meminjam uang, baik skala kecil maupun skala besar, harusnya kita sudah harus waspada, menandakan ada yang tidak beres pada diri seseorang itu. Apalagi sampai menuntun kita untuk membuat kartu kredit, kartu pinjaman, dan sejenisnya hanya untuk mentrasfernya dengan alih 'menolongnya'.
Film ini bagus banget ditonton, apalagi buat generasi Z sekarang yang cenderung lebih mengedepankan hal-hal yang terlihat di sosial media yang sebenarnya adalah dunia tipu-tipu x))
Tapi satu yang bikin kagum yaitu women support women. Keren banget mereka bisa kerja sama walo beda negara tanpa kenal satu sama yang lain.
BalasHapus