Februari lalu, hidup lagi capek-capeknya. Dalam kurun empat hari, film ini berhasil tembus satu juta penonton. Dan dalam seminggu sudah mampu menggaet dua juta penonton. Sampai tulisan ini diposting, film ini sudah meraup lebih dari delapan juta penonton. Warbiyasa...
Berkisah tentang empat sekawan yang senasib sepenanggungan. Hidup memang keras. Masing-masing memiliki problematikanya masing-masing. Dan mereka berempat sama-sama butuh uang. Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.
Kupikir film ini hanya sekedar haha hihi semata, tapi juga ada unsur horor dan keluarganya juga. Ada banyak pesan moral yang diselipkan dalam film yang sebenarnya memotret realita kehidupan sehari-hari.
JEGEL. Si tukang ide. Representasi pemuda yang terjerat hutan judi dan dikejar-kejar debt collector. Di zaman sekarang, banyak sekali pemuda yang terlilit hutang judi ataupun pinjaman online yang menunjukkan bahwa tidak sebanding antara pengeluaran dan kebutuhan.
OKI. Sebagai mantan napi, tentunya tidak mudah baginya mendapatkan pekerjaan yang layak. Cibiran masyarakat bagi mantan napi, juga dirasakan oleh Oki. Sementara dia harus bekerja demi menebus obat agar mamaknya sembuh dari sakit yang tak kunjung usai.
BENE. Keluarga sang pacar menuntutnya untuk mengadakan pesta besar-besaran. Ini sebenarnya sebagai sindiran isu sosial dimana masyarakat kita terlalu memaksakan pesta pernikahan sementara sang calon mempelai harus bersusah payah mengumpulkan uang yang tidak sedikit. Segala cara tentu akan ditempuh.
BORIS. Terobsesi memiliki seragam karena tuntutan keluarga di kampung. Demi membanggakan nama keluarganya, segala cara dia tempuh agar memiliki seragam, termasuk menggunakan orang dalam. Ini juga sindiran keras bagi masyarakat kita yang menilai pekerjaan seseorang dari seragam yang mereka pakai. Bahkan ada yang sampai stres loh karena saking terobsesinya memiliki pekerjaan dengan seragam yang mentereng :')
INTAN. Banyak terjadi di kota-kota besar. Intan representasi ani-ani sukses yang berhasil menjadi simpanan pejabat. Tapi sayangnya nasib apes menghantuinya.
MARLINA. Tipikal gadis lugu dan juga terlihat telmi. Entah kenapa perempuan selalu digambarkan hanya sebagai pelengkap laki-laki. Begitu pula dengan kisah Marlina dalam film ini.
Wajar banget film ini meraup penonton yang fantastis. Karena gak cuma sekedar menghibur tapi juga sarat makna. Meski tidak ada pemain yang dominan, tapi setiap pemain sebenarnya menyimpan makna semiotika.
Hidup memang seperti pasar malam. Banyak permainan yang bisa kita coba, dengan tantangan yang berbeda tentunya. Ada sensasi masing-masing dalam setiap permainan.
Komentar
Posting Komentar