Ini #ParaPejuangLiterasi yang ketiga. Namanya
Mas Sugeng Hariyono. Aku mengenalnya lewat dunia maya. Kemudian kesampaian
ketemu di acara sebuah seminar tentang perpustakaan di SMA Negeri 2 Bandar
Lampung, kebetulan kami sama-sama jadi pembicara di seminar tersebut. Selang
dua hari kemudian ketemu lagi di acara Hari Kunjung Perpustakaan BPAD Provinsi
tahun 2015. Kami sama-sama ambil piala, aku ambil piala Juara 1 Lomba Pustakawan
Berprestasi Terbaik tk. Provinsi Lampung tahun 2015, sedangkan Mas Sugeng ini
mendapatkan piala Juara 2 Lomba Perpustakaan Umum/ Desa tk. Provinsi tahun
2015. Melihat kegiatannya bersama Motor Pustaka, aku jadi malu sebagai mahluk
berlabel pustakawan belum ada apa-apa perjuangannya di bidang literasi dibandingkan
apa yang sudah dilakukan selama ini oleh Mas Sugeng ini; luar biasa banget! :))
Berikut hasil wawancaraku bersama Mas Sugeng:
Berikut hasil wawancaraku bersama Mas Sugeng:
1.
Sebagai
pembukaan, bisa memperkenalkan diri dan sedikit cerita keseharian yang
berhubungan dengan dunia literasi?
Saya Sugeng Hariyono, asal dari Ponorogo, Jawa Timur yang merantau ke Lampung dua
tahun yang lalu. Saya pernah belajar di
UT UBBJ Surabaya Pokjar Ponorogo lulus
D2 tahun 2012. Pernah mengelola perpustakaan
sekolah dasar di Ponorogo. Sekarang saya bekerja sebagai tukang tambal ban di Pematang Pasir kecamatan
Ketapang Kab. Lampung Selatan. Saya menyisihkan
waktu setelah Ashar sekitar jam tiga sore berangkat keliling ke masyarakat Desa Lebungnala Kecamatan Ketapang Kab. Lampung
Selatan dengan motor tua yang saya kasih nama Motorpustaka (Perpustakaan
Keliling Ispisrasiku) melayani masyarakat Desa Literasi BACA & PINJAM
GRATIS.
2.
Sebagai
pejuang literasi, hal apa yang menggerakkan hati pertama kali untuk terjun ke
dunia literasi?
Kecintaan
saya pada membaca membuat saya gusar setiap kali mencari sumber bacaan di desa
tersebut. Waktu itu saya
berpikir mungkin di desa tersebut punya perpustakaan. Akhirnya saya bertandang ke rumah tetangga sambil bertanya, “Pak, saya mau pinjam buku di mana ya, Pak.
Di sini ada perpustakaan enggak, Pak?”
Rupanya
si bapak tidak mengetahui perpustakaan. “Perpustakaan
itu apa, Mas?” Saya
mengenang jawaban bapak itu. Saya pun terdiam seribu bahasa dengan jawaban itu.
Akhirnya tersirat sebuah pemikiran bagaimana kalau saya mendirikan perpustakaan.
Kondisi
ini membuat saya prihatin. Saat itu saya punya ide, bagaimana
kalau saya bikin perpustakaan keliling pakai motor? Tapi dalam kondisi saya saat
itu enggak mungkin saya bisa. Maklum, saat itu ia belum memiliki motor dan tentunya
buku. Sedangkan
hasil dari pekerjaan saya tukang tambal ban enggak mungkin bisa untuk beli
motor dan buku.
Saya berusaha menyisihkan hasil pendapatan dari
tambal bannya tiap hati buat. Saat itu terkumpul Rp500 ribu dan saya coba cari
motor di tukang besi tua (rongsokan), ternyata saya menemukan motor tua GL MAX
tahun 1986 dalam keadaan mati mesin dah sudah banyak yangg keropos. Saya
memputuskan untuk membli motor
mati itu, hingga saya
perbaiki. Saat itu, saya membeli
motor itu, saya
melihat di sudut
rongsokan ada tumpukan buku dan koran. Saya pilih buku yang layak sehingga terkumpul 60 eksemplar buku.
Dari situlah saya mulai keliling ke masyarakat, selain
itu saya juga keliling ke masyarakat door to door untuk
meminta sumbangan buku yang sudah selesai di baca oleh pemiliknya. Dan, saya
mendapatkan 42 eksemplar. Setelah dua bulan, saya menjajakan buku dengan berkeliling
ke masyarakat. Antusias masyarakat yang bagus namun karena keterbatasan bacaan.
Masyarakat banyak yang mulai bosan karena buku-buku yang dijajakan saya itu-itu saja. "Mas
bukunya kok ini-ini saja enggak ada yg baru ya?" salah
satu celotehan masyarakat.
Setelah itu, situ saya mulai pusing dan sampai tidak
bisa tidur. Saya
mulai mencoba menggunakan jejaring sosial melalui facebook untuk mempublikasikan kegiatan yang saya lakukan selama ini. Dengan bermodalkan kamera
pinjaman, tiap malam saya
mengupload foto-foto kegiatan Motorpustaka.
3.
Bisa
ceritakan secara garis besar tujuan dari gerakan literasi yang diusung?
Tujuan
saya agar minat dan budaya baca masyarakat terutama di daerah terpencil ,
tertinggal yang
jauh dari riuh ramainya ibu kota dapat lebih mudah mendapatkan buku bacaan. Karena membaca adalah hak semua orang tidak memandang
suku, ras, agama, usia,
kasta, kota maupun desa. Dan
saya berharap setelah minat baca ini tumbuh dan membaca
menjadi kebutuhan bukan sekedar hobi lagi, yang nantinya lahirlah masyarkat sastra (yang bisa menulis dan dituangkan di dalam buku-buku yang
bisa di nikmati/ dibaca siapa saja di mana saja )
4.
Bagaimana
lingkungan menanggapi gerakan literasi yang dibangun? Apakah antusias dan
mendukung gerakan ini?
Antusias
masyarakat semua kalangan sangat luar biasa mereka sangat terbantu untuk
mendapatkan bahan bacaan dengan hadirnya Motorpustaka. Dan sekarang kalau
Motorpustaka tidak bisa keliling satu hari saja entah itu karena motornya rusak
atau saya tidak ada uang untuk beli bensin/ premium, mereka selalu resah dan esoknya saya kena marah
atau dapat pertanyaan dari mereka kenapa tidak keliling.
5.
Kendala
apa saja yang dihadapai dalam gerakan literasi ini?
Kendalanya
a. Motor tua jadi
sering mogok
b. Buku-buku masih kurang variatif dan jumlah bukunya masih kurang dengan rasio
pembacanya.
6.
Pandangan
mengenai minat baca di Indonesia
Minat
baca masyarakat sangat tinggi tinggal akses dan penyedian tentang fasilitasnya saja
7.
Apa
harapan kedepannya dalam gerakan literasi ini?
Semoga
minat baca masyarakat yang sudah luar biasa ini bisa di fasilitasi dengan baik.
Mereka butuh kita, mereka butuh bahan bacaan, mereka
menunggu kita. Apakah menunggu mereka teriak baru kita sadar.
Ini beberapa dokumentasi yang aku ambil dari album facebookya
Mas Sugeng Hariyono:
terimakasih mbak Lucthy sudah sudi menulis perjuangan motorpustaka hadir ditengah2 masyarakat
BalasHapusTetap semangat menyebarkan literasi di Lampung ya, Mas.. :))
HapusTetap semangat mas... ditengah segala keterbatasan yang ada. saya ada beberapa buku dirumah yang bekas tapi masih layak baca mungkin bisa saya kirim untuk menambah koleksi disana :)
BalasHapusBisa langsung hubungi Mas Sugeng via FB yaa... :)
Hapusselalu kagum dg orang2 yang peduli dg buku dan mau berbagi dg yang lain
BalasHapusIya, aku juga kagum ama Mas Sugeng dkk para pegiat literasi bergerak ini, bekerja tanpa pamrih dan mencerdaskan anak bangsa :))
Hapus