“Mak, kenapa sih ngasih namaku Sutomo?!?
Tanyaku pada emak yang baru saja pulang dari pasar.
“Kamu malu??” Emak
mengeluarkan isi belanjaannya. Bungkusan pertama berisi bahan mentah
sayur-sayuran; 3 ikat bayam, 2 ikat kacang panjang, 1 ikat kangkung, dan satu
mentimun yang agak besar. Bungkusan kedua berisi tauge kecil. Ada juga bungkusan ikan asin favoritku. Terakhir,
emak mengeluarkan dua papan tempe .
Kami memang jarang makan mewah. Kata emak, makan sehari tiga aja udah syukur.
“Kan masih banyak nama yang keren kayak Jason
atau David…” Aku membantunya memotong tempe .
Aku memang laki-laki, bukan berarti aku tak terbiasa membantu emak dalam urusan
dapur, kebetulan di rumah hanya aku seorang. Kakak-kakakku sudah menikah, dan
ikut suaminya masing-masing. Kami hanya hidup
bertiga bersama bapak.
“Emang nama Sutomo gak
keren?!” Emak balik bertanya. Sibuk memasukkan berbagai bumbu ke dalam ulekan.
Sekilas kulihat cabai rawit, bawang, sedikit gula, kemudian kacang untuk
tambahannya. Oh, rupaya emak akan membuat pecel untuk menu makan malam nanti.
Menu kesukaan bapak.
“Kok cabenya dikit amat
sih, Mak?? Kurang berasa ntar pedesnya.” Protesku sambil mengalihkan
pembicaraan.
“Harga cabe sekarang
mahal. Kita kudu irit.”
“Tapi ini kan urusan perut?!?”
“Kamu mau makan cabe aja,
tapi gak bisa beli sayur?!” Lagi-lagi emak balik bertanya. Tangannya sibuk
mengulek bumbu pecel. Emak pernah bilang, bumbu yang diulek dengan bumbu yang
diblender akan berbeda rasanya. Lebih enak yang diulek.
Sutomo, yang akrab dipanggil
Bung Tomo itu adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam
membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui
tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga
kini diperingati sebagai hari Pahlawan. Beliau baru mendapat gelar Pahlawan
Nasional pada 10 November 2008. Ibu memberiku nama Sutomo. Ibu ingin aku juga
seperti Bung Tomo.
“Saya peringatkan sekali lagi, jangan
mulai menembak, baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka
itu. Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan
untuk kita, saudara-saudara, lebih baik kita hancur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: MERDEKA atau MATI!!”
Kata-kata semangat Bung
Tomo terngiang dalam pikiranku. Aku berjanji, suatu hari nanti akan membawa Indonesia
ke arah yang lebih baik lagi. Tidak kalah dengan negara tetangga.
Metro, 14 Agustus
2013
Ditulis sehabis
makan pecel :D
@lucktygs
Komentar
Posting Komentar