Angkot merupakan salah satu kendaraan umum yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Metro. Berhubung di Metro tidak ada kereta api dan bus hanya digunakan antar kota, angkot menjadi satu-satunya kendaraan umum yang paling akrab dengan kehidupan masyarakat di sini. Angkot pernah berjaya pada masanya. Sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah, semua siswa umumnya menggunakan angkot untuk menuju sekolah.
Hanya
selang tiga tahun dari adik yang cowok, perkembangan Metro pun kian deras. Di zamannya
adik saat SMA, mulai banyak yang menggunakan motor sebagai sarana transportasi
untuk ke sekolah. Lima tahun kemudian, saat adik yang cewek masuk SMA, hampir
sebagian siswa SMA di Metro rata-rata sudah memiliki motor untuk berangkat
sekolah. Ditambah lagi membanjirnya kredit motor yang promo di mana-mana. Bayangkan,
hanya DP sekitar tiga ratus sampai lima ratus ribu saja sudah bisa mejeng
dengan motor pilihan.
Membanjirnya
angkot menjadi salah satu pemicu matinya angkot di Metro secara perlahan. Selain
murahnya membeli motor dengan sistem kredit (padahal harganya bisa dua sampai
tiga kali lipat jika dibandingkan membeli secara kontan), poin kedua adalah
masalah efisiensi waktu. Misalnya, dulu jika saya menuju sekolah harus naik
turun angkot dua kali, belum lagi lama nunggu angkot penuh, waktu yang
dibutuhkan sekitar satu setengah jam menuju sekolah. Bandingkan jika siswa
jaman sekarang, dengan menggunakan motor hanya menempuh sekitar setengah jam
untuk menuju sekolah. Hemat satu jam, lumayan kan...
Daerah
tempat saya, Metro Utara dari jaman saya sekolah memang terkenal angkotnya paling
sedikit dan paling lama penumpangnya penuh. Maklum, meski paling luas diantara
kecamatan Metro yang lain, tapi penduduknya paling sedikit dibandingkan
kecamatan lain. Jadi, dulu kalo jam enam pagi belum dapet angkot, rasanya mau
nangis, takut telat x))
Menjamurnya
motor menjadi salah satu bagian dari life sekolah siswa jaman sekarang. Nggak jarang
mendengar ada siswa mogok sekolah hanya karena orangtuanya tidak mampu
membelikan kendaraan tersebut. Tidak memiliki motor juga menjadi salah satu alasan
siswa terlambat. Bahkan, beberapa tahun lalu, ada berita di sebuah sekolah
negeri ada siswa yang nekat bunuh diri dengan cara menenggak obat nyamuk hanya
karena orangtuanya tidak mampu membelikan motor untuknya. Ada sebab musabab
siswa tersebut ngotot minta dibelikan motor, ternyata dia ditolak cewek
idamannya hanya gegara tidak memiliki motor gede. Duh..kebanyakan nonton
sinetron banget sih ini... x))
Kembali
kebahasan angkot. Kini, pengguna angkot hanya didominasi para pekerja pasar. Bahkan
angkot di Metro Utara tempat saya
tinggal pun mati. Para sopir biasanya hanya mendapat tumpang di jam setelah
subuh, yang artinya isinya para pekerja pasar dengan setumpuk dagangannya. Atau
banyak juga sopir yang berprofesi ke pekerjaan lain. Contohnya saja tetangga
sebelah rumah, dulu belasan tahun menjadi sopir angkot, kini alih profesi
berjualan bensin depan rumah dan membuka steam motor dan mobil. Beliau pernah
bercerita, penghasilannya cukup menjanjikan dibandingkan saat menarik angkot.
Matinya
angkot makin menguat. Kini terminal pun menjadi lapak sementara bagi para
pedagang yang tergusur karena sedang dibangunnya pasar. Sayangnya, lapak-lapak
yang disediakan pemerintah di terminal ini malah jarang terisi oleh pedagang. Banyak
pedagang yang tidak meneruskan jualannya dan beralih ke profesi lain:
Kedepannya,
berharap terminal bisa difungsikan lagi sebagaimana mestinya. Metro kini
memiliki empat bus gratis yang menampung khusus anak sekolah. Angkot-angkot
yang nganggur ini kenapa tidak diberdayakan pemerintah untuk program angkot
gratis bagi anak sekolah?!?
Komentar
Posting Komentar