Berhubung Metro tidak punya makanan khas, akhirnya saya
memilih membahas kafe untuk tema kuliner dalam rangka #30HariKotakuBercerita. Meski
ini langsung ke bahasan sebuah kafe, ini bukan postingan berbayar kok. Ini murni
hasil pemikiran sendiri. Tulisan ini diangkat berawal dari fenomena menjamurnya
kafe-kafe yang bermunculan di Metro.
Tempat makan yang berbasis kafe di Metro, awalnya dipelopri
oleh Beatrix Cafe. Meski tempatnya kecil, tapi lokasinya strategis; tepat depan
Taman Kota Metro. Selama beberapa tahun, Beatrix menjadi tempat satu-satunya
kafe di Metro. Kemudian, muncullah Dapur Putih. Dekorasinya yang unik dan
lokasi yang strategis juga menjadi daya tarik bagi masyarakat Kota Metro untuk
mampir ke sini.
Di tahun 2013, muncullah Bejo’s Milk. Waktu itu saya tahunya
justru dari Da Yeon, guru relawan dari Korea yang mengajar di sekolah selama
dua tahun. Awalnya Bejo’s Milk hanya menyediakan minuman serba susu. Ya, salah
satu keunggulan kafe ini adalah minuman serba susu. Bahkan, saat sekarang berkembang
dengan menghadirkan menu-menu sampingan berupa camilan pun didominasi serba
susu. Sesuai tagline kafe ini; Yuk Mimik Susu Sapi :D
Selain keunggulan menu yang serba susu, ada beberapa poin
lain yang menambah keunggulan kafe ini dibandingkan dengan kafe lain. Jika pertama,
poin serba susu, poin kedua adalah tempat nongkrong favorit. Bukan sekedar
tempat nongkrong semata. Setiap Rabu malam, selalu rutin ada Stand Up Comedy
Metro yang akan akan tampil. Bahkan ada dua murid yang aktif ikutan di acara
ini, hehe...
Kemudian sering juga kegiatan nobar di sini, yang paling aktif
adalah nobar MU, dengan massa paling banyak di Metro, tapi babesnya masih bisa
diitung jari nih.. :D
Beberapa waktu lalu pernah mengadakan diskusi buku dengan
menghadirkan penulisnya. Saya atas nama klub buku sekolah bekerjasama dengan penerbit;
GagasMedia. Awalnya saya bingung, acaranya mau di mana, untunglah Bejo’s Milk
bisa menjadi tempat pilihan ;)
Tidak hanya itu, di akhir Agustus lalu, komunitas
@pojoksamber juga mengadakan diskusi bedah film di kafe ini dengan menghadirkan
Bapak Lukman Hakim, walikota Metro yang baru saja habis masa jabatannya. Saya jadi
ingat, dulu Kak Dimas membayangkan jika kafe yang dirintisnya ini akan
dikunjungi orang nomer satu di Metro pada masa itu. Dan sekarang kesampaian
juga, meski ketika berkunjung sudah bukan berlabel walikota lagi :D
Berharap kedepannya Metro makin memiliki pilihan untuk berwisata kuliner. Jangan hanya sekedar tren; menjamur langsung redup seketika. Merangkul komunitas-komunitas anak muda menjadi salah satu daya tarik sebuah kafe :))
Berharap kedepannya Metro makin memiliki pilihan untuk berwisata kuliner. Jangan hanya sekedar tren; menjamur langsung redup seketika. Merangkul komunitas-komunitas anak muda menjadi salah satu daya tarik sebuah kafe :))
Pengen ke sana
BalasHapuskulinernya enak-enak banget tuh kak
BalasHapus