Pasar adalah salah satu bahasan yang paling menarik untuk dikupas ketika menceritakan Metro. Awalnya, Metro hanya terdiri dari empat titik utama; Pasar Kopindo (didominasi penjual sayur & makanan), Pasar Cenderawasih & Pasar Shopping (Ini yang tertua), serta Pasar Nuban.
Kalau kita ke pasar Metro, jangan heran jika percakapannya didominasi dengan bahasa Jawa. Masyarakat Metro hampir 70% adalah bersuku Jawa, yang akan dijelaskan di postingan selanjutnya.
Pasar Kopindo sudah dirobohkan. Beberapa pedagang sudah
berpindah ke bangunan baru di depannya; Mega Mall Metro. Meski judulnya mall,
sebenarnya ini bukanlah mall seperti di kota-kota besar, Mega Mall Metro ini
hanyalah deretan ruko dengan harga sewa yang lumayan fantastis. Saya jadi
teringat percakapan dengan Uni yang menjual jajaan pasar. Nggak sengaja ketemu
beberapa hari yang lalu. Saya langganan di tempat Uni ini waktu berjualan di
pasar. Sekarang beliau sudah alih dagangan, jualan serba-serbi serabi di depan
rumahnya. Waktu saya tanyakan kenapa nggak berjualan lagi jajanan pasar, ada
beberapa sebab. Pertama, Uni sudah 15 tahun berjualan di pasar, berangkat pagi
pulang sore, jadi jarang bertemu anak-anaknya. Kedua, sewa di Metro Mega Mall
yang selangit, tempatnya sempit jadi tidak bisa menaruh stok barang dagangan,
omsetnya pun tidak menutup untuk sewa dan pengeluaran lainnya. Uni bilang,
untuk uang kebersihan dan pembayaran listriknya pun mahal. Uni sempat menyewa
di Metro Mega Mall selama sebulan, karena pertimbangan tersebut, akhirnya
memutuskan untuk tidak melanjutkan dagangannya di pasar.
Pasar Cendrawasih yang letaknya di depan Pasar Kopindo.
Pasar ini kalo nggak salah mulai beroperasi saat saya masih SMP, sekitar awal
tahun 2000-an. Pasar ini terdiri dari dua lantai. Sampai sekarang pun, lantai
atas masih belum penuh. Pedagang lebih memilih berjualan di bedengan-bedengan
depannya yang dulunya merupakan tempat parkir Pasar Cenderawasih. Pedagang
lebih memilih berjualan di bedengan ini karena sewanya termasuk murah. Tapi,
imbasnya pasar jadi semrawut karena tidak ada tempat parkir. Yang ingin ke
pasar, parkirnya hanya bisa di pinggiran pasar seperti ini:
Pasar Shopping, terdiri dari tiga lantai. Ini bangunan tertua di pasar Metro. Bangunannya masih terlihat kokoh, soalnya kalo kita masuk ke dalamnya, sinyal susah terdeteksi, sayangnya bangunannya udah kumuh banget. Yang masih berfungsi hanya lantai satu. Lantai dua udah banyak yang kosong. Sedangkan lantai tiga dulunya merupakan bioskop dan tempat perkumpulan main ding dong #Generasi90anBanget :))
Kemudian Pasar Nuban. Sama halnya dengan Pasar Shopping yang lantai atasnya dulu merupakan bioskop, di Pasar Nuban ini dulunya malah ada bangunan berdiri sendiri khusus untuk bioskop. Waktu SD, saya masih merasakan nonton di sini. Sewaktu penghancuran bioskop ini dibutuhkan setahun lebih. Banyak pekerja yang menjadi korban. Konon, di bioskop ini banyak ‘penunggunya, yang nggak rela jika bangunan ini dirobohkan. Ah, sayang saya nggak sempat mendokumentasikan bioskopnya. Sekarang perlahan mulai diganti dengan pasar bangunan baru yang amat kontras dengan pasar di sampingnya yang terlihat kumuh:
Migrasi para pedagang yang dulunya menempati Pasar Kopindo
dan Pasar Nuban awalnya dialihkan ke Pasar 24, yang lumayan jauh dari pusat
kota. Tapi tidak bertahan lama karena omset para pedagang yang berjualan di
sana menurun drastis. Setelah beberapa kali sempat ada unjuk rasa, akhirnya
terminal dijadikan lapak bedengan sementara untuk menampung para pedagang ini.
Sayangnya bedengan-bedengan yang kini mendominasi terminal banyak yang
terlihat, kosong seperti ini, sepi peminat:
Pasar memang menjadi isu paling sensitif di Metro.
Bertahun-tahun pembangunan pasar yang baru belum beres, bahkan beberapa di
antaranya pembangunan sempat tersendat karena berbagai alasan dan kendala. Harapannya,
setelah mengorbankan terminal sebagai lapak sementara para pedagang, berharap
terminal berfungsi kembali sebagaimana semestinya dan pembangunan pasar bisa
beres total agar para pedagang bisa berdagang dengan nyaman.
Kenapa pasarnya bisa terabaikanya ya ?
BalasHapusKeuntungan Bisa Menerapkan Pola Hidup Yang Sehat