Langsung ke konten utama

Balada Sepatu Nenek

 

Hidup selalu ada yang tak terduga. Begitu juga dengan hari ini atau besok. Pengalaman ketika wawancara kerja pun bisa menjadi cerita :D

Sepatu cokelat ini merupakan sepatu kenangan. Kenangan saat kali pertama ulang tahun di kosan. Kado dari teman-teman kosan ya sepatu cokelat ini. Makanya waktu dulu boyongan pulang kampung ke Lampung, banyak sepatu yang sengaja ditinggal karena udah gak layak. Maklumlah hidup di gurun Jatinangor, gak memungkinkan punya sepatu awet. Beli sepatu mahal aja jebol akibat tiap hari hujan, apalagi beli sepatu murah macam saya ini!! :D

Sepatu cokelat ini sayang banget kalo gak dibawa pulang ke Lampung. Setelah beberapa tahun masih tampak awet. Sepatu ini mengendap di rak sepatu lebih dari setahun pasca hijrah dari kosan. Semenjak itu gak pernah dipake. Entah kenapa hari ini, saat dari ujung kepala alias jilbab, baju, rok, hingga tas semuanya berwarna cokelat. Dasar nenek-nenek, jiwa matchingnya pun keluar. Sayang banget kan kalo sepatunya gak ikutan cokelat juga?!? ;D

Alhasil, sepatu kenangan ini dipakai juga. Waktu mau berangkat pas pake mikir gini: “Kok rada sempitan ya??” Tapi tetep aja dipake. Dan hari itu sepatu cokelat yang lama nggak dipakai ini, kini eksis sepanjang hari, bertemu sepasang sepatu yang jumlahnya ratusan. Rame banget kan hari ini??

Yup, hari itu adalah wawancara kerja di salah satu kampus. Dan ini pertama kalinya saya memakai ijazah untuk melamar kerja. Kebetulan kampus ini sedang membuka lowongan untuk beberapa formasi; mulai dari dosen bahkan sampai cleaning servise. Nah, ada formasi untuk bagian perpustakaan. Jelas saya tidak mau melewatkan kesempatan ini.

Sebenarnya tidak ada yang ditakutkan selama wawancara seminggu itu. Jika pertanyaannya seputar perpustakaan, pasti saya lancar jaya menjawabnya. Tapi akan seret jika pertanyaannya seputar agama. Ya, kampus ini berbasis agama, jadilah pertanyaan seputar agama juga mendominasi. Ngaji lancar, apalan juga masih aman. Yang nggak bisa jawab lancar adalah seputar organisasi suatu agama, ini saya nol banget. Pertanyaan yang cukup menjebak; "Jadi, kamu masuk golongan N atau M?" dan saya pun hanya menjawab dengan polos; "Orangtua saya mengajarkan saya memahami agama secara universal, tidak terkotak-kotak." #JLEBB 

Wawancara kerja tidak dilakukan di satu tempat. Ke bagian rektorat, ke perpustakaan, ke fakultas. Pokoknya tergantung pewawancara yang lumayan banyak. Sepanjang hari, kami yang mendapatkan kesempatan wawancara musti bolak-balik ke beberapa gedung untuk pangilan.

Awalnya saya nggak ngeh, kok ada beberapa yang melihat, padahal saya tidak kenal mereka. Nah, pas siang menjelang Sholat Dzuhur, saya menuju masjid di lantai dua yang tangganya lumayan bikin kaki jadi sebesar talas bogor.

Pas menaiki tangga, ih kok ada yang aneh ya. Pas ngecek sepatu kanan, maaakkk...selopnya jebol. Terus cek sepatu kiri, ternyata nasibnya juga sama. Pantesan orang-orang pada ngeliatin!! Maakkk...bolehkah tenggelam ke dasar bumi paling bawah?!? x)

Wawancara kerja pun masih lama, sampai Asar. Mau pinjem sepatu juga mau pinjem siapa. Alhasil, sementara beli lem buat merekatkan selop yang jebol. Mudah-mudahan tahan sampai wawancara kerja. Inilah akibat sok-sok pake sepatu murahan :D

Apalah daya, akhirnya selesai wawancara kerja, beli sandal jepit saat pulang. Malah dengan PD-nya pake mampir dulu beli sekuteng. Berhubung udah lewat magrib, suasananya jelas gelap donk, apalagi buat mata saya yang minus lima ini. Ternyata eh ternyata, banyak semut merah yang berkeliaran dan menjalari kaki imut ini. Oh, entahlah…pikir semut-semut itu kaki saya manis kayak gula, akhirnya pulang sampai rumah dengan ekspresi meringis akibat menahan gigitan semut!! :D


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo

  Sebenarnya gak antusias waktu tahu serial ini tayang. Pertama, setting cerita yang ala-ala kerajaan gitu biasanya bertele-tele. Kedua, pemain perempuannya banyak yang bilang nggak suka. Tapi semakin ke sini, makin banyak yang bilang suka drama ini dari segi cerita. 

REVIEW Extracurricular

  Awalnya gak niat nonton ama drama ini, ternyata banyak yang bilang bagus. Bukan sekedar kisah remaja dengan cerita menye-menye semata. Terlihat dari posternya yang terkesan dark, drama ini mengisahkan sisi kelam para remaja: prostitusi online.

REVIEW Welcome to Waikiki 2

Setelah nonton drama Welcome to Waikiki 1 yang super parah sengkleknya, rasanya kurang afdol jika nggak nonton seri yang kedua x))