Beberapa hari sebelum tayang di salah satu platform online, muncul kontroversial Film Penyalin Cahaya karena salah satu kru terlibat pelecehan seksual. Padahal film ini mengangkat tentang pelecehan seksual.
7 Makna Semiotika dalam Film Penyalin Cahaya:
1. Slogan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) tidak hanya ditampilkan hanya dalam satu scene, tapi berulang-ulang. Jika kita selami makna dari menguras, menutup dan mengubur adalah representasi dari korban pelecehan seksual yang acapkali ketika akan menguras kasus yang dialaminya justru dipaksa menutup dan mengubur masalahnya. Hingga berakhir dengan dibungkam dan diancam.
2. Fogging yang juga ditampilkan berulang-ulang. Bisa kita lihat, fogging yang dilakukan mengaburkan apa yang bisa kita lihat. Sama halnya dengan kasus pelecehan seksual dalam film ini pun dibuat kabur. Kita rakyat kecil diibaratkan nyamuk yang gampang sekali dimusnahkan pendapatnya.
3. Kisah Medusa yang diangkat dalam pertunjukan Teater Matahari. Seperti yang kita ketahui, kisah Medusa dalam Mitologi Yunani cukup kelam. Medusa pernah diperkosa oleh Poseidon, tapi dia justru dihukum Athena menjadi monster berkepala ular seperti yang sering digambarkan dalam buku-buku. Tokoh Suryani merupakan representasi Medusa yang sebenarnya bisa menjadi simbol perlawanan terhadap patriaki.
4. Sedangkan tokoh Rama Soemarnoibarat Perseus yang berhasil membunuh Medusa dan para dewa mengelu-elukannya sebagai pahlawan.
5. Tokoh Anggun merupakan representasi dari Andromeda yang merupakan istri dari Perseus dalam Mitologi Yunani. Di sini bisa kita lihat jika tokoh Anggun, yang juga perempuan tidak bisa berbuat banyak padahal dia merupakan teman dekat dari Rama.
6. Kemudian pihak kampus ibarat sosok Athena. Perseus yang merupakan representasi dari tokoh Rama, berhasil membunuh Medusa yang merupakan representasi dari tokoh Suryani. Dalam Mitologi Yunani, Perseus menghadiahi kepala Medusa untuk Athena sebagai senjata dengan tujuan untuk menakut-nakuti musuhnya. Bisa kita lihat jelas, pihak kampus memaksa Suryani untuk bungkam dan justru meminta maaf. Hal ini membuat teman-teman sesama korban pelecehan seksual berpikir dua kali untuk mengadukan masalah yang mereka alami.
7. Mesin fotokopi. Seperti yang kita ketahui, salah satu kegunaan mesin fotokopi adalah untuk menyalin suatu berkas. Di film ini maksudnya adalah bahwa korban-korban dengan kasus serupa yang dialami Suryani juga bernasib tidak jauh berbeda dengan Suryani; tidak berdaya melawan keadaan.
1. Slogan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) tidak hanya ditampilkan hanya dalam satu scene, tapi berulang-ulang. Jika kita selami makna dari menguras, menutup dan mengubur adalah representasi dari korban pelecehan seksual yang acapkali ketika akan menguras kasus yang dialaminya justru dipaksa menutup dan mengubur masalahnya. Hingga berakhir dengan dibungkam dan diancam.
2. Fogging yang juga ditampilkan berulang-ulang. Bisa kita lihat, fogging yang dilakukan mengaburkan apa yang bisa kita lihat. Sama halnya dengan kasus pelecehan seksual dalam film ini pun dibuat kabur. Kita rakyat kecil diibaratkan nyamuk yang gampang sekali dimusnahkan pendapatnya.
3. Kisah Medusa yang diangkat dalam pertunjukan Teater Matahari. Seperti yang kita ketahui, kisah Medusa dalam Mitologi Yunani cukup kelam. Medusa pernah diperkosa oleh Poseidon, tapi dia justru dihukum Athena menjadi monster berkepala ular seperti yang sering digambarkan dalam buku-buku. Tokoh Suryani merupakan representasi Medusa yang sebenarnya bisa menjadi simbol perlawanan terhadap patriaki.
4. Sedangkan tokoh Rama Soemarnoibarat Perseus yang berhasil membunuh Medusa dan para dewa mengelu-elukannya sebagai pahlawan.
5. Tokoh Anggun merupakan representasi dari Andromeda yang merupakan istri dari Perseus dalam Mitologi Yunani. Di sini bisa kita lihat jika tokoh Anggun, yang juga perempuan tidak bisa berbuat banyak padahal dia merupakan teman dekat dari Rama.
6. Kemudian pihak kampus ibarat sosok Athena. Perseus yang merupakan representasi dari tokoh Rama, berhasil membunuh Medusa yang merupakan representasi dari tokoh Suryani. Dalam Mitologi Yunani, Perseus menghadiahi kepala Medusa untuk Athena sebagai senjata dengan tujuan untuk menakut-nakuti musuhnya. Bisa kita lihat jelas, pihak kampus memaksa Suryani untuk bungkam dan justru meminta maaf. Hal ini membuat teman-teman sesama korban pelecehan seksual berpikir dua kali untuk mengadukan masalah yang mereka alami.
7. Mesin fotokopi. Seperti yang kita ketahui, salah satu kegunaan mesin fotokopi adalah untuk menyalin suatu berkas. Di film ini maksudnya adalah bahwa korban-korban dengan kasus serupa yang dialami Suryani juga bernasib tidak jauh berbeda dengan Suryani; tidak berdaya melawan keadaan.
Sedangkan ulasan Film Penyalin Cahaya dari sisi kesetaraan gender:
1. Teman-teman Suryani yang didominasi laki-laki. Sebagai junior di UKM Teater Matahari, Suryani tidak mempunyai power untuk didengarkan suaranya. Para senior menganggap Suryani yang mengunggah selfie saat mabuk ke sosial medianya adalah hal yang biasa. investigasi terhadap kasusnya dianggap membuang-buang waktu dan memotong jam latihan mereka untuk persiapan pementasan di Jepang.
2. Pihak kampus tempat Suryani kuliah juga didominasi laki-laki. Kalau kita perhatikan, dosen-dosen yang menyeleksi mahasiwa dalam penerimaan beasiswa adalah laki-laki. Begitu juga dengan Tim Penyidik dari pihak kampus yang juga laki-laki. Di sini terlihat jelas sekali bahwa patriaki sangat dominan.
3. Bapak Suryani. Budaya patriaki tidak hanya dari dunia kampus Suryani saja. Tapi juga di lingkungan keluarganya. Sang bapak hobinya marah-marah dan langsung mengambil kesimpulan sendiri tanpa mendengarkan terlebih dahulu suara Suryani sebagai anak. Belum lagi saat Suryani bermasalah di kampus yang menurut bapaknya mencoreng nama baik keluarga tanpa tahu duduk perkara yang sebenarnya.
4. Ibu Suryani. Hati nurani seorang ibu memang tidak pernah salah. Dari awal, sang ibu selalu membela sang anak. Scene yang paling epik antara hubungan ibu dan anak ini adalah saat Suryani dibonceng pulang ibunya untuk pulang ke rumah habis dari kampus. Ibunya berkata jika yakin dengan apa yang dijelaskan Suryani, tapi sang ibu tidak bisa berbuat apa-apa.
5. Tokoh Anggun. Meski senior, Anggun lumayan peduli dengan Suryani. Mulai dari menemaninya ke tempat kendaraan online untuk mengecek siapa sopir yang membawa Suryani pulang ke rumah, sampai mengumpulkan semua anggota Teater Matahari untuk mengecek CCTV di rumah Rama demi rasa penasarannya siapa yang berbuat iseng terhadap Suryani saat malam pesta kemenangan mereka.
6. Tokoh Farah. Terkesan misterius dan jutek, sebenarnya Farah ini memiliki kepribadian yang baik. Stigma negatif yang menempel pada dirinya bukan tanpa alasan. Ada pengalaman yang tidak mengenakkan di masa lalu yang pernah dialaminya.
7. Bidan Siti. Diperankan oleh Mian Tiara yang juga mengisi soundtrack untuk film ini juga memiliki andil yang cukup penting. Lewat lagu yang dinyanyikannya, dia berharap pesan tentang isu darurat masalah kekerasan dan pelecehan seksual mampu diserap banyak orang yang mendengarnya.
1. Teman-teman Suryani yang didominasi laki-laki. Sebagai junior di UKM Teater Matahari, Suryani tidak mempunyai power untuk didengarkan suaranya. Para senior menganggap Suryani yang mengunggah selfie saat mabuk ke sosial medianya adalah hal yang biasa. investigasi terhadap kasusnya dianggap membuang-buang waktu dan memotong jam latihan mereka untuk persiapan pementasan di Jepang.
2. Pihak kampus tempat Suryani kuliah juga didominasi laki-laki. Kalau kita perhatikan, dosen-dosen yang menyeleksi mahasiwa dalam penerimaan beasiswa adalah laki-laki. Begitu juga dengan Tim Penyidik dari pihak kampus yang juga laki-laki. Di sini terlihat jelas sekali bahwa patriaki sangat dominan.
3. Bapak Suryani. Budaya patriaki tidak hanya dari dunia kampus Suryani saja. Tapi juga di lingkungan keluarganya. Sang bapak hobinya marah-marah dan langsung mengambil kesimpulan sendiri tanpa mendengarkan terlebih dahulu suara Suryani sebagai anak. Belum lagi saat Suryani bermasalah di kampus yang menurut bapaknya mencoreng nama baik keluarga tanpa tahu duduk perkara yang sebenarnya.
4. Ibu Suryani. Hati nurani seorang ibu memang tidak pernah salah. Dari awal, sang ibu selalu membela sang anak. Scene yang paling epik antara hubungan ibu dan anak ini adalah saat Suryani dibonceng pulang ibunya untuk pulang ke rumah habis dari kampus. Ibunya berkata jika yakin dengan apa yang dijelaskan Suryani, tapi sang ibu tidak bisa berbuat apa-apa.
5. Tokoh Anggun. Meski senior, Anggun lumayan peduli dengan Suryani. Mulai dari menemaninya ke tempat kendaraan online untuk mengecek siapa sopir yang membawa Suryani pulang ke rumah, sampai mengumpulkan semua anggota Teater Matahari untuk mengecek CCTV di rumah Rama demi rasa penasarannya siapa yang berbuat iseng terhadap Suryani saat malam pesta kemenangan mereka.
6. Tokoh Farah. Terkesan misterius dan jutek, sebenarnya Farah ini memiliki kepribadian yang baik. Stigma negatif yang menempel pada dirinya bukan tanpa alasan. Ada pengalaman yang tidak mengenakkan di masa lalu yang pernah dialaminya.
7. Bidan Siti. Diperankan oleh Mian Tiara yang juga mengisi soundtrack untuk film ini juga memiliki andil yang cukup penting. Lewat lagu yang dinyanyikannya, dia berharap pesan tentang isu darurat masalah kekerasan dan pelecehan seksual mampu diserap banyak orang yang mendengarnya.
Komentar
Posting Komentar