Langsung ke konten utama

Tips Jualan Online


Tulisan ini terinspirasi karena beberapa hari yang lalu viral status seseorang yang mengeluhkan tentang timelinenya penuh sesak dengan barangan dagangan yang dijual teman-temannya. Ya, statusnya justru dibanjiri para pedagang yang ngelapak. Sebenarnya banyak yang lucu-lucu sih, tapi nggak sedikit juga para pedagang yang juga akhirnya membuat status tandingan dengan berujung nyinyir.

Aku akan membahasnya dari dua sisi. Sisi sebagai konsumen atau orang biasa dan sisi sebagai penjual karena aku juga jualan online. Pertama, dari sisi sebagai konsumen atau orang biasa. Jika sebagai konsumen, mungkin rasanya senang-senang aja kalo liat postingan yang berhubungan ama buku, apalagi kalau di tag meski kita nggak beli. Kenapa? Karena buku berkaitan dengan passionku. Nah, pasti akan berbeda dengan orang yang tidak menyukai buku tentunya akan merasa terganggu jika orang lain yang nongol di timeline/wall-nya terus-terusan upload buku. Begitu halnya dengan aku, misalnya ada teman yang mengupload baju atau barang yang menurutku bukan kebutuhanku. Tapi sampai sejauh ini biasanya aku diamkan saja, dan untuk facebook kan ada pengaturan tag yang masuk nggak otomatis masuk ke wall kita. Etapi, banyak juga loh ternyata pertemanan di dunia maya putus selain karena perbedaan pendapat politik, juga karena banjirnya tag dagangan yang bikin risih x))

Kedua, dari sisi penjual. Sebenarnya ada banyak hal yang aku promosiin di sosial media; buku, perpustakaan, barang endorse dan juga barang dagangan. Meski hampir setiap hari upload, tidak pernah sekalipun ada yang komplain, terutama untuk bagian buku dan perpustakaan, malah banyak yang senang dengan dua kegiatan tersebut yang mulai ditinggalkan banyak orang dan kini banyak perpustakaan yang mengikuti jejak untuk promosi di media sosial; murah dan efisien. Tidak perlu modal yang besar tapi menimbulkan dampak yang besar. Pernah aku bahas DI SINI.

Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan dalam usaha online terutama melalui media sosial.
1. Buat akun terpisah. Untuk hal yang lebih profesional memang sebaiknya membuat akun terpisah dari akun pribadi. Kenapa? Karena nggak semua dalam lingkaran pertemanan kita mempunyai hobi/passion/minat yang sama. Untuk akun perpustakaan sekolah dan usaha sablon, aku buat akun IG secara khusus. Dan lewat akun pribadi hanya sesekali posting. Misal, untuk usaha sablon, aku nggak begitu sering upload tiap ada orderan, hanya yang kira-kira saat desainnya menarik, lucu ataupun yang skala besar. Selain memancing rasa ingin tahu orang lain, juga menghindari rasa bosan saat orang lain membaca timeline kita. 

2. Jaga Frekuensi. Memang sih nggak ada aturan tertulis bahwa seseorang yang memiliki akun media sosial untuk mengupload apa pun yang dia mau. Tapi perlu diketahui, nggak semua orang menyukai apa yang kita bagikan. Perlu digarisbawahi, bahwa frekuensinya harus diperhatikan. Untuk facebook, aku lebih aktif malam hari, dan untuk instagram, aku malah cenderung posting di pagi hari. Kenapa? Karena di saat itulah feeds sosmednya naik. Ini menjadi salah satu pertanyaan juri tahun lalu saat aku membuat best practice tentang Promosi Perpustakaan Melalui Media Sosial. Secara umum, ada waktu-waktu tertentu orang lebih aktif membuka akun sosmednya. Jadi percuma saja kita sepanjang hari meng-upload barang dagangan, terutama jam-jam tidur x))

3. Jaga Privasi Orang Lain. Tanpa disadari, buat buibu yang suka ngelapak, suka membabi buta dengan bombardir tag seseorang. Ini ibarat ngasih makanan ke orang lain yang belum tentu suka ama makanan kita. Meski ada pengaturan tag di facebook, tapi tetap saja banyak yang terganggu bahkan memutuskan pertemanan dengan orang yang hobi bombardir tag x))

4. Hindari Spam. Nah, ini yang seringkali kita temukan di instagram. Banyak banget yang ngelapak di komen foto orang lain. Yang ada kesannya akun dagangan kita jadi kayak spam, bisa-bisa di block loh. Yang bikin miris lagi kalo sampe ada yang ngelapak di komentar barang dagangan orang lain dengan menawarkan jenis barang yang sama meski dengan harga yang lebih murah. Ya ampun...ini minta digetok banget x))

5. Tetap Profesional. Nah, ini sebenarnya masuk ke poin gunanya membuat akun terpisah. Untuk akun jualan, hindari curhat meski kita merasa benar, apalagi sampai berkeluh kesah tentang konsumen. Dulu zaman booming twitter, tanpa disadari banyak olshop yang suka curcol padahal 'reply' yang ditulis bakal dibaca oleh ribuan followersnya. Meski bisnis jualan online nggak selalu mulus, misal ada saja konsumen 'nakal', nggak perlu di share meski itu menarik simpati orang lain, karena di lain sisi juga akan menimbulkan citra bisnis kita ikut tercoreng atas ketidakprofesionalan kita. Ini juga yang kerap kerap terjadi tanpa disadari oleh buibu yang ngelapak tapi sering curhat tentang konsumen x))

6. Share hal-hal yang Menarik. Jangan barang dagang melulu yang di upload. Ada banyak hal yang bisa kita posting yang masih berhubungan dengan barang dagangan kita. Misal, untuk usaha sablon, kalo insta story sering yang lucu-lucuan meski masih berhubungan dengan sablonan. Hal-hal seperti ini lebih menarik perhatian followers dibandingkan jika terus-terusan dijejali barang dagangan kita.

7. Jangan agresif terhadap konsumen. Ini juga penting banget. Ada yang nanya barang dagangan kita, langsung dibombardir dengan suguhan lain. Belum lagi ada yang penjual tipikal maksa, mepet terus bawaannya, yang ada malah bikin takut calon konumen dan bisa berpotensi justru kabur loh! x))

8. Gunakan foto asli. Ini menjadi semacam memupuk rasa percaya calon konsumen. Kalo bisa foto-foto yang disuguhkan nggak monoton, bisa berbagai sisi agar menarik. Percaya deh, barang dagangan yang sama terkadang memiliki nilai jual yang berbeda hanya karena pengambilan spot foto yang tepat. Misal, foto perpustakaan tempat aku kerja kan minimalis banget, tapi sebisa mungkin kalo 'ambil foto' jepretannya selalu dari sisi yang berbeda biar nggak bosen yang liat :D

9. Cantumkan caption yang jelas. Meliputi jenis, bahan, ukuran, atau apa pun yang berhubungan dengan barang dagangan kita. Ada juga sih penjual yang tidak mencantumkan, padahal menurut aku justru ngeribetin diri sendiri karena tiap ada yang nanya harga aja musti DM. Kebayang kan ada puluhan calon konsumen yang nge-DM hanya untuk nanya barang dan nggak semua pasti beli? Capek jenderal x)) Untuk kaos sablonan, aku memang nggak mencantumkan harga karena tiap desain punya 'patokan harga' yang berbeda. Ini beda kasus ama jualan kaos/sepatu/make up yang harganya jelas-jelas terpampang nyata. Oya, yang paling penting adalah contact person yang bisa dihubungi. Jadi, kalo calon konsumen mau tanya-tanya bisa langsung japri.

10. Harus punya identitas dan unik. Jualan nggak sekedar jualan. Tapi kudu punya identitas agar calon konsumen ingat dengan kita. Sama halnya dengan manusia yang bermasyarakat, yang beridentitas dan unik tentunya akan cepat diingat orang lain dibandingkan dengan yang biasa-biasa saja :D

Nah, itu tadi sepuluh tips tentang etika jualan online. Mungkin ada yang bisa menambahkan untuk poin yang tertulis di sini. Dan pastinya, postingan ini tidak bermaksud untuk menyinggung siapa pun. Demi penggunaan medial sosial yang lebih bijak ;) #salim 



Komentar

  1. Pandangan yang menarik, Mbak. Kalau daku sih enggak risih sama akun2 yang jualan, justru ikut senang atas jiwa bisnis mereka. Daku lebih risih sama yang 'nyepam' foto selfie. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk.. Kalo selfie di spot-spot wisata masih menarik ya, yang bikin risih kalo selfienya cuma di kamar atau dalem mobil melulu... 😂😂

      Hapus
  2. sukses terus bos,..
    http://bit.ly/2FuAoqX

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo

  Sebenarnya gak antusias waktu tahu serial ini tayang. Pertama, setting cerita yang ala-ala kerajaan gitu biasanya bertele-tele. Kedua, pemain perempuannya banyak yang bilang nggak suka. Tapi semakin ke sini, makin banyak yang bilang suka drama ini dari segi cerita. 

REVIEW Extracurricular

  Awalnya gak niat nonton ama drama ini, ternyata banyak yang bilang bagus. Bukan sekedar kisah remaja dengan cerita menye-menye semata. Terlihat dari posternya yang terkesan dark, drama ini mengisahkan sisi kelam para remaja: prostitusi online.

REVIEW Welcome to Waikiki 2

Setelah nonton drama Welcome to Waikiki 1 yang super parah sengkleknya, rasanya kurang afdol jika nggak nonton seri yang kedua x))