Langsung ke konten utama

REVIEW When the Weather is Fine


Awalnya udah rencana bakal nggak nonton drama dulu, mau ngabisin timbunan buku. Apalah daya ternyata ada drama yang menarik hati. Apalagi ternyata pemeran utama yang cowok punya toko buku, sungguh uwuwu kan... x))

Adalah Mok Hye Won yang diperankan oleh Park Min Young. Akibat masalah yang menumpuk di Seoul, untuk sementara waktu dia berencana balik ke kampung halamannya, Bookhyun. Di desa pinggiran yang jauh dari kota itu, Mook Hye Woon berharap hidupnya bisa kembali waras untuk menghadapi kehidupan yang keras.

Drama ini akan ada beberapa scene yang flashback ke belakang. Tepatnya sepuluh tahun yang lalu, dimana Mook Hye Woon masih kelas XII. Park Min Young masih pantes banget jadi nak SMA x))

Aku pikir awalnya Mook Hye Woon tampak pendiam dan suram hanya karena dibully saat sekolah bahkan juga di dunia kerja saja, tapi ada masalah sangat berat yang menghantuinya sejak masih anak-anak dan terbawa hingga di usia dewasa. Saking beratnya, Mook Hye Woon sempat mengaku sudah lama tidak membaca novel karena baginya hidupnya sudah berat, tidak mau menambah berat dengan memikirkan masalah di sebuah buku.

Karena tidak memiliki keahlian selain bermain selo yang ditekuninya selama ini, Mook Hye Won memutuskan untuk bekerja di Good Night Bookstore milik Lim Eun Seob yang juga tetangganya sejak kecil.

Ya tolong, style ke pasar aja kece abis meski nenteng kresek isi seledri, ini ngingetin scene di Goblin pas Si Malaikat Pencabut Nyawa vs Goblin belanja yang nenteng seledri juga kece kayak gini x))

Bukan Park Min Young namanya kalo di setiap drama selalu disorot seputaran fashion yang ia kenakan. Jika di drama sebelumnya yang ia mainkan, Her Privat Life, ada blazer-blazer mahal yang ia gunakan. Di drama ini, kardigan maupun jaket yang ia kenakan tampak sederhana dan manis, padahal mah harganya bisa mencapai belasan juta juga x)) Udah banyak artikel yang mengulas jaket ama kardigan yang ia kenakan di drama ini. Sebenarnya ada satu lagi fashion yang lumayan ia sering gunakan di drama ini: kupluk. Kalo Park Min Young mah yang make tetep aja tjakep, lha kalo kita yang make udah kayak mamang-mamang di Bromo nawarin kuda x))




Adalah Lim Eun Seob yang diperankan oleh Seo Kang Joon ini sebenarnya introvert sejati. Sejak remaja, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan sendirian, membaca dan menulis. Dan tak jarang ia nggak masuk kelas, entah menghilang kemana.

Lim Eun Seob memiliki toko buku yang cocok dengan kepribadiannya yang senang menyendiri. Lewat tokoh Lim Eun Seob inilah sebenarnya diselipkan seputaran dunia toko buku.

 Misal, terkadang Lim Eun Seob ke kota untuk membeli stok buku baru, kumpul dengan beberapa pemilik toko buku lainnya, dan juga mengadakan klub buku di desanya yang terdiri dari beberapa anggota dengan segala umur yang tampak akrab dan kekeluargaan.

Selain membaca, seperti disebutkan di atas, Lim Eun Seob juga senang menulis. Dia mengikuti sebuah komunitas menulis online. Kebiasaan menulisnya itu sudah dia lakukan sejak remaja.

Good Night Bookstore milik Lim Eun Seob ini kayak toko buku impian aku; nggak hanya sekedar menjual buku, tapi juga mengadakan klub buku yang terjadwal. Uniknya, di toko buku milik Lim Eun Seob ini, pengunjung yang datang meninggalkan tulisan di sticknotes dalam sebuah buku. Lim Eun Seob juga mengumpulkan beberapa buku yang sama tapi beda terbitan maupun beda terjemahan.

Enaknya lagi, di Good Night Bookstore milik Lim Eun Seob ini, kita bisa ngopi-ngopi cantik sambil baca buku. Cocok banget ama suasana musim dingin di drama ini.

Mengapa dinamakan Good Night Bookstore? Sebab Lim Eun Seob mengalami insomnia sejak remaja. Lim Eun Seob baru bisa tertidur setelah melakukan aktivitas di toko buku pada malam hari. Memiliki toko buku impian dan memiliki keluarga yang hangat, sepertinya kehidupan Liem Eun Seob tampak sempurna. Ternyata dia juga memiliki luka batin sejak kecil, yang membuatnya takut untuk bahagia. Karena baginya, sewaktu-waktu semua kebahagiaan yang dimilikinya akan lenyap. 

Lim Whi, adik Kim Hwan Hee yang gengges juga kepo abiss, sesuai ama umurnya yang masih remaja. Tanpa disadari, dia menyukai seseorang, tapi sayangnya ditolak. Meski begitu, ia masih sering menguntit pujaannya. Khas remaja, pada masanya kelak ia akan bosan dengan kecengannya itu. Tanpa disadari, sikap diam-diam sukanya itu menurun dari kakaknya yang menyukai seseorang sejak masa remaja x))

Lee Jang Woo, tipe cowok pintar tapi narsis. Ada, ada banget cowok cem kayak gini, hahaha... x)) Lee Jang Woo sangat menyukai kesibukan, salah satunya sebagai ketua Reuni Akbar Sekolahnya dulu saat bersama Mook Hye Won dan Lim Eun Seob. Menyukai seseorang sejak remaja, tapi malah takut alias awkward moment tiap ketemu cewek itu x))

Sebenarnya aku menyukai tokoh Oh Young Woo, teman sekolahnya Mook Hye Woon. Meski tampaknya keliatan sengak, tapi dia ini cowok banget. Di saat lainnya nggak ada yang mau semeja dengan Mook Hye Woon saat makan siang, dia malah sengaja makan semeja ama Mook Hye Woon dengan alasan nggak ada meja lain yang kosong, padahal meja yang lain masih banyak yang kosong x)) Trus, pas sepeda Mook Hye Woon sempat rusak saat pulang sekolah, Oh Young Woo-lah yang membantu memperbaiki sepedanya itu. Ah, sayang dia cuma nongol di beberapa scene aja x))

Tak hanya ponakannya yang menderita. Bibinya Mook Hye Woon juga mengalami luka batin selama belasan tahun: kariernya sebagai penulis mentok, pilih pulang kampung yang tidak hanya mengurusi penginapan peninggalan ibunya tapi juga mengurusi Mook Hye Woon, hingga memutuskan hidup melajang seumur hidup. Semua itu dipilihnya sebagai menutupi rasa bersalahnya yang tidak diketahui siapa-siapa.

Tanpa disadari, akan ada banyak judul buku yang diselipkan dalam drama ini. Apalagi selain menjual buku, juga ada klub buku yang tentunya membahas seputaran buku. Beberapa yang aku tahu adalah buku The Wind in the Willow yang ditulis oleh Kenneth Grahame, buku The Person I Love yang ditulis oleh Jung Ho Seong, buku Owl at Home yang ditulis oleh Arnold Stark Lobel. 


Sebab masa-masa SMA akan selalu menjadi masa yang paling dikenang dalam memori setiap manusia

Drama ini diangkat dari novel yang ditulis oleh Lee Do Woo. Kalo nggak mau nonton drama yang berat, ini pilihan yang tepat. Konfliknya gak berat, lebih ke konflik batin; berdamai dengan masa lalu, dikhianati sahabat, dan keadaan di mana kita tidak bisa memilih orangtua seperti apa saat kita lahir. 

Dramanya sweet banget menurutku, apalagi didukung dengan setting pedesaan di musim semi. Terkadang hidup serasa melelahkan, menepi ke tempat yang sepi atau ke pinggiran kota yang sunyi bisa menjadi alternatif untuk me-refresh diri. Ikutan dingin pas nontonnya x))

Beberapa quote dalam drama ini yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Hidupku sudah susah. Jadi aku tak punya energi untuk peduli memikirkan masalah orang lain.
2. Semua orang bekerja untuk menghasilkan uang. Tak ada orang yang bekerja karena memenuhi syarat.
3. Bangun dari tidur nyenyak lalu membauat secangkir teh panas. Itu akan menghilangkan kesedihanmu di masa lalu.
4. Jika kita bisa tidur nyenyak di malam haril, maka itulah yang disebut kehidupan yang baik.
5. Kamu lari dan kenyataan dan ingin meluapkan emosi. Jadi kamu berusaha menyibukkan diri dengan melakukan segalanya.
6. Haruskah kamu mengatakan kepada orang bodoh bahwa dia bodoh? Apakah tidak berpikir jika itu menyakitkan?
7. Jika kamu melakukan sesuatu yang salah, aku saja dan minta maaf. Berkilah itu hanya kesalahpahaman menandakan kamu tidak pernah melakukan kesalahan.
8. Menjadi kesepian adalah menjadi manusia. Karena hidup adalah tentang bagaimana menahan kesepian.
9. Jangan menunggu seseorang yang tak pernah datang.
10. Beberapa orang tidak pernah berbagi kekhawatiran mereka seumur hidup. Seolah-olah mengatakannya terlalu sulit bahkan menyakitkan.
11. Kita berlari dengan kecepatan penuh mencari cinta di suatu tempat. Tapi setelah merelakan cinta itu dengan semua energi yang terkuras habis. Kita akan selalu kembali ke tempat semula kita berada.
12. Meskipun kita menyebutnya perpisahan, saat kita mencurahkan pikiran untuk satu orang itu, maka kita bisa menyebutnya cinta.
13. Menua itu indah karena akan membuat kita menjadi semakin bijak.

Komentar

  1. Zaman berganti, begitu juga dengan tontonan yang happening di Indonesia ya. Dari eranya telenovela Amerika Latin, film India, film Vampir, serial Monkey King, Mahabharata, serial Turki, dan sekarang masa emasnya drama Korea. Banyak yang bilang nonton drakor itu addict. Saya sendiri belum pernah nonton yang genre melow, sukanya yang detektif, atau paling banter pernah namatin yang Good Doctor. Dan emang nyedot waktu dan pikiran banget :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kalo nonton nggak dibuat ngoyo, kalo butuh hiburan ya nonton, kalo lagi gak ada waktu juga gak perlu tersiksa karena gak bisa nonton, hehehe... Iya, sepuluh tahun terakhir ini masa emas drama Korea kayaknya ya :D

      Hapus
  2. Nonton film ini bikin adem,tentram. Suasana pedesaan, pemeran uatama pria yg tenang dan kalem, ost2nya juga kalem dan sederhana.. merilekskan pikiran.. beda dgn drakor lainnya yg rata2 berat. Penuh konflik.. sdah nonton 2x tetep gak bosen

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo

  Sebenarnya gak antusias waktu tahu serial ini tayang. Pertama, setting cerita yang ala-ala kerajaan gitu biasanya bertele-tele. Kedua, pemain perempuannya banyak yang bilang nggak suka. Tapi semakin ke sini, makin banyak yang bilang suka drama ini dari segi cerita. 

REVIEW Extracurricular

  Awalnya gak niat nonton ama drama ini, ternyata banyak yang bilang bagus. Bukan sekedar kisah remaja dengan cerita menye-menye semata. Terlihat dari posternya yang terkesan dark, drama ini mengisahkan sisi kelam para remaja: prostitusi online.

REVIEW Tornado Girl 2

Ini adalah drama Cina tahun lalu. Diadaptasi dari novel, dengan penulis yang sama. Meski episodenya luamyan banyak, ada tiga puluh enam, niat nonton ini demi liat Ji Chang Wook :D #BelumBisaMoveOn