Langsung ke konten utama

REVIEW Milly & Mamet


Dari official teasernya kira-kira tengah tahun ini muncul, udah ngocol banget: apalagi pas Milly marah ke Mamet gegara makanannya keburu disambar sebelum di foto. Yaelahhhh...kok kayak aku banget ini mah... x))

Dan saya sengaja nggak nonton trailernya biar makin penasaran pas nonton langsung. Ini trailernya:

Di openingnya, kita langsung menemukan genk Cinta. Meski begitu, porsi Cinta, Maura dan Karmen hanya sedikit, pemanis saja. Karena jalan cerita memang fokus ke sisi Milly, dan juga Mamet tentunya. Kalo yang ingat Mamet di Ada Apa dengan Cinta? yang pertama, kita pasti tau banget kalo Mamet sesungguhnya cinta mati ama Cinta yang notabenenya memang cewek perfect; cantik, pintar, gaul kala itu. Dan, kita pasti bertanya-tanya saat Ada Apa Dengan Cinta? (2), Milly tengah mengandung anak hasil pernikahannya dengan Mamet. Kok bisa, padahal zaman sekolah kan mereka ini malah kesannya musuhan banget?!? Milly kan sering bentak-bentak Mamet yang gagapan gitu. Tapi begitulah cinta, kadang timbul justru berawal dari rasa benci x)) 

Berawal dari brownis cokelat, turun ke hati. Berawal dari Mamet yang nganterin pulang Milly saat ditinggal pacarnya, dan malah ujung-ujungnya si mobil kesayangan (sejak zaman sekolah yang menjadi saksi pengejaran Cinta terhadap Rangga), malah mogok di tengah jalan. Epiknya, di tengah jalan sambil nunggu Karmen dan Cinta jemput Milly, Mamet ngeluarin brownis cokelat yang ia bungkus pake tissue dari kafe saat mereka nongkrong sebelumnya. Lumayan buat ganjal perut di saat mereka dikerubungin nyamuk x))

Milly memang punya ciri khas tersendiri saat remaja. Dibalik kelemotannya selalu mencairkan suasana. Saat tumbuh dewasa dan menikah, di sini aku melihat Milly tampak lebih dewasa dalam bersikap dan juga perannya sebagai istri maupun sebagai ibu; menghandle usaha konveksi milik bapaknya, tetap membela Mamet sebagai suaminya di mata papanya, menerima Mamet apa adanya. 

Ada juga saatnya dia cemburu dengan Alex, teman kuliah Mamet yang cantik. 

Dilema buibu muda yang antara rela nggak rela meninggalkan anaknya yang masih kecil. Sebuah pilihan sulit bagi ibu muda zaman sekarang: menjadi wanita karir (nggak hanya mencari materi semata, tapi ingin punya kesibukan dan merasa hidup berguna) atau full ibu rumah tangga yang dari pagi sampai pagi lagi hanya berkutat ngurusin sumur, dapur, kasur.

Meski kelemotannya berkurang saat dewasa, tapi tetap ada masa-masa lemotnya kumat. Salah satunya saat Mamet ama Alex asyik bahas menu-menu di tempat mereka makan, dengan sok tahunya Milly bahas teri x)) Paling demen kalo Milly bilang "Juwarraaa...' dengan ekspresif x))

Mamet remaja dengan Mamet dewasa sebenarnya tidak banyak berubah; masih gagap dan plin plan dalam menentukan sesuatu. Tak jarang bersikap naif. Cita-citanya hanya sederhana: membahagiakan Milly & anak mereka. Tapi ternyata tak sesederhana yang dibayangkan. Dia bahkan harus mengorbankan passionnya menjadi chef dan banting stir menjadi mandor di usaha konveksi milik mertuanya. Ketidaknyamanannya bekerja makin tambah karena mertuanya cukup insecure terhadap anak buah, termasuk pada menantunya ini. Makin tertekanlah jiwa Mamet ini. Makanya, ketika Alex menawarkan kerjasama untuk membuka restoran, dengan optimis Mamet memutuskan resign dari usaha konveksi bapaknya itu. Tapi, lagi-lagi nggak semudah yang dibayangkan. #PukPukMamet

Alexandra, atau disapa Alex yang diperankan Julie Estelle ini mah nggak perlu diragukan lagi kecantikannya. Dan untungnya Mamet sama sekali nggak kecantol rekan yang dulunya teman kuliahnya ini x)) Alex punya cita-cita yang serupa dengan Mamet. 

Sekuat apa pun dia menunjukkan kemampuannya di depan ayah pacaranya (yang konglomerat banget), tetap nggak dianggap karena kasta mereka yang berbeda. #PukPukAlex

James, pacar Alex ini representasi anak-anak horangkayah yang selalu berlindung di ketek orangtua, menggampangkan sesuatu dan sering mengambil jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu.

Isyana yang biasanya tampak manis jika kita lihat penampilannya di panggung, menjadi sekretaris yang super sengklek di sini. 

Padahal dia hanya nongol sekitar 4-5 scene aja tapi kok ya bikin kemekel sekaligus kezel x))

Kurang narsis apalagi ini sutradaranya nongol di film sendiri x))

Khas Ernest, dengan personal brandingnya sebagai komika, menyelipkan humor satir. Kali ini lewat caption-caption yang ditulis dari topi-topi yang dikenakannya.

Pak Sony, a.k.a bos usaha konveksi, a.k.a mertua Mamet ini tipikal orangtua yang pemikirannya masih konvensional, keras kepala (tidak bisa menerima saran dari orang lain dan kerap meremehkan), inscure (bukan tanpa alasan, ada kejadian yang membuatnya seperti itu), tapi sebenarnya sangat sayang dengan anaknya; Milly. Karena sebenarnya hasil kerja kerasnya selama ini, hanya dia peruntukkan untuk anak semata wayang beserta cucunya itu. 

Tiga anak buah Mamet; Lela (centil), Somat (betawi abis) dan Iin (jutek abiss) pas kerja di usaha konveksi milik mertuanya ini meski hanya pelengkap tapi selalu mencuri perhatian.
  

Begitupula dengan Arafah yang berperan sebagai Sari yang berprofesi sebagai ART-nya Milly. Nggak kebayang kan Milly yang remajanya lemot, pas dewasa punya ART yang juga lemot.. x))

Tike yang berperan sebagai Bibi Sum mah bukan tantangan, karena peran-perannya selalu seperti itu dengan ciri khas Sunda-nya. ART yang ngemong majikannya, selalu menyiapakan menu sehat buat majikannya, Pak Sony. Dan selalu menuruti majikan kecilnya, Milly.

Rama, mantan Milly ini meski porsinya sedikit, hanya beberapa scene tapi lumayan berpengaruh di kehidupan Milly. Rama dan Milly representasi sebuah hubungan bahwa meskipun sudah menjadi mantan, bukan berarti tidak bisa berteman baik. Mereka bisa membuktikannya.

Hendra, pemilik restoran yang merupakan teman kuliah Mamet ini meski hanya muncul satu scene tapi bikin iri Mamet. Oya, di scene restoran Hendra ini, ada selipan tentang betapa berpengaruhnya seorang content creator seperti selebgram dalam hal mengulas sesuatu, baik mengkritik ataupun memuji.

Begitu juga dengan peran Melly Goeslow sebagai Mamah Itje yang berprofesi sebagai food reviewer pun di era digitaliasi ini menjadi dampak yang signifikan dalam mempromosikan sesuatu.

Milly yang suka banget makan (dan makanannya pun selalu difoto) dan Mamet yang suka masak memang klop ya. Tapi hidup tak semudah itu. Problematika mereka representasi kehidupan rumah tangga muda di kehidupan nyata; bukan lagi sekedar sayang-sayangan, tapi ke realita hidup dengan pilihan yang sulit: passion atau keluarga.

Sebenarnya benang merah film ini mirip film Ernest sebelumnya, Cek Toko Sebelah. Tentang menanggapi keinginan orangtua perihal warisan usaha yang biasanya menurun ke anak (yang belum tentu memiliki passion yang sama dengan orangtua).

Milly: "Kalo orang-orang cari suami yang ganteng, aku cari yg baik." "Mamet: "Aku gak jelek-jelek amat kali"

 Yang paling aku suka dari film-filmnya Ernest, sejauh ini selain memaparkan problematika yang sesuai realita, dan tentunya dibumbui humor-humor receh maupun satir, selalu ada solusi di setiap problematika yang dibahas. Begitu juga di film ini. Balik ke filosofi brownis coklat yang pernah diberikan Mamet kepada Milly; kita tidak perlu menjadi brownis cokelat yang manis, karena kadar kemanisan mulut seseorang berbeda saat merasakan brownis cokelat tersebut. Yang artinya kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang.

Komentar

  1. Pengen nonton film ini deh. Makasih reviewnya mbak.

    BalasHapus
  2. Aku udh nonton nih. Lumayan menghibur. Jokesnya dikaitin soal hal2 kekinian bgt soalnya jd bisa relate

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, humor-humor satirnya relateable ama kehidupan sekarang :D

      Hapus
  3. gaas pol harus nonton ini mah, pelakonnya juga mantap sekali, ada arafah terus ernest waah kayaknya kocak banget kalua liat langsung. ohh ya btw reviewnya bagus membuat pembaca ingin cepat-cepat nonton..

    BalasHapus
  4. Promo www.Fanspoker.com :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup
    || bbm : 55F97BD0 || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo

  Sebenarnya gak antusias waktu tahu serial ini tayang. Pertama, setting cerita yang ala-ala kerajaan gitu biasanya bertele-tele. Kedua, pemain perempuannya banyak yang bilang nggak suka. Tapi semakin ke sini, makin banyak yang bilang suka drama ini dari segi cerita. 

REVIEW Extracurricular

  Awalnya gak niat nonton ama drama ini, ternyata banyak yang bilang bagus. Bukan sekedar kisah remaja dengan cerita menye-menye semata. Terlihat dari posternya yang terkesan dark, drama ini mengisahkan sisi kelam para remaja: prostitusi online.

REVIEW Welcome to Waikiki 2

Setelah nonton drama Welcome to Waikiki 1 yang super parah sengkleknya, rasanya kurang afdol jika nggak nonton seri yang kedua x))