"Saat kita terjatuh, kita melihat dunia yang berbeda. Dunia yang jauh lebih berharga." -Jin Young Soon-
Kalo udah ada drama bertema ibu, wajib ditonton. Drama ini tahun lalu cukup happening, jadi sudah aku masukin list buat ditonton kapan-kapan. Kaget banget ternyata tokoh utama prianya ternyata demensia, alias mengalami gangguan memori seperti bapake. Bedanya adalah Choi Kang Ho di drama ini kembali ke memori saat umur tujuh tahun, bapake ke memori masa lampau yaitu 20 tahun ke belakang dan tidak bisa mengingat memori yang baru :')
Banyak pesan moral yang bisa kita ambil dalam drama ini.
1. Ibu adalah segalanya. Ibulah yang akan membentuk seorang anak seperti malaikat, maupun seperti monster. Ibu juga bisa menumbuhkan inner child bagi anaknya. Ibu yang belum tuntas dengan dirinya, akan membentuk anak yang juga memiliki 'luka hati'. Menjadi ibu artinya belajar kehidupan sepanjang hayat. Tidak ada ibu yang sempurna, ibu adalah manusia biasa. Ibu akan melakukan apa pun demi anaknya, sekalipun nyawa yang harus ditebusnya.
2. Budaya patriaki terlihat dalam drama ini. Ibu Choi Kang Ho saat masih muda, sudah independent woman banget: bekerja mengantarkan pakan ternak ke banyak tempat. Seringkali diremehkan karena dianggapnya perempuan tidak bisa melakukan hal-hal yang berat, salah satunya adalah mengangkat pakan ternak. Baru sebentar menikah, dia harus menjadi single parent yang tidak hanya berjuang hidup untuk dirinya sendiri tapi juga anaknya. Ada faktor yang membuatnya terbentuk menjadi perempuan tangguh sejak remaja. Tidak hanya dari sisi Ibu Choi Kang Jo, tapi juga ibu Lee Mi Jo yang tiga kali melahirkan selalu anak perempuan. Sementara suaminya berharap anak laki-laki. Ditambah lagi suaminya suka ke klub malam bersama perempuan-perempuan malam. Ibu Lee Mi Joo tidak ingin anaknya bernasib sama dengannya, tapi apalah daya anak-anaknya juga gagal dalam berumah tangga seperti dirinya :')
3. Balas dendam bukanlah hal yang baik. Balas dendam seringkali justru berakhir dengan dendam-dendam lainnya yang tidak berujung. Dan yang pasti, balas dendam terkadang tidak menuntaskan masalah. Balas dendam hanya mengulang dendam yang sudah lewat. Dan bisa membahayakan.
4. Cita-cita. Seringkali orangtua menginginkan anak mereka seperti apa yang mereka inginkan. Tapi orangtua lupa menanyakan apa yang ingin anaknya lakukan atau cita-citakan. Choi Kang Ho sedari kecil sudah diatur sedemikian rupa oleh ibunya untuk menjadi seperti yang ibunya inginkan. Choi Kang Ho bahkan tidak punya jalan lain, kecuali jalan yang sudah disiapkan ibunya. Anak bukanlah investasi atau aset. Anak berhak menentukan nasibnya sendiri.
5. Fatherless. Choi Kang Ho tanpa disadari mengalami fatherless. Hidup hanya berdua dengan sang ibu yang superprotektif, membentuknya menjalani hidup kurang peka terhadap perempuan-perempuan yang ada di dekatnya.
6. Keluarga adalah segalanya. Tidak hanya Choi Kang Ho, Lee Mi Joo maupun Bam Sam Sik. Bagi orangtua mereka, mau segagal apapun mereka dalam menjalani hidup, keluarga selalu terbuka untuk mereka. Selalu menerima mereka untuk pulang.
7. Kehidupan di desa lebih baik dibandingkan tinggal di kota yang kejam. Sepertinya Korea gencar membuat tema dengan setting pedesaan, mengingat padanya padatnya penduduk kota, terutama di Seoul.
8. Ambisi tidak akan pernah puas dengan apa yang didapat. Orang-orang ambisi dalam drama ini mengajarkan kita bahwa mau sekeras apapun kita berusaha, dengan cara apapun kita akan meraih sesuatu, jika dilakukan dengan cara yang tidak baik, suatu saat juga akan berakhir sekalipun itu sulit. Apa yang kita tanam adalah apa yang akan kita tuai.
9. Susahnya berbuat jujur dan adil di dunia ini. Tidak hanya ada di Indonesia, di Korea pun juga begitu. Hukum bisa dibolak-balik. Yang berkuasa adalah yang menang. Tentunya yang lemah akan (selalu) kalah. Welcome to the real life x)
10. Semua manusia pernah gagal. Choi Kang Ho pernah gagal dalam ujian kampus. Lee Mi Joo pernah gagal dalam berkeluarga. Bang Sam Sik seringkali kali gagal dan sering membuat malu orangtua. Kita semua pernah gagal, malu dan tidak sempurna. Tidak apa-apa, itu manusiawi.
11. Jangan berpikir jika mengakhiri hidup adalah akhir segalanya. Ujian hidup yang dijalani Ibu Choi Kang Ho memang tidaklah mudah. Sedari remaja kehilangan keluarga, baru sebentar menikah sudah menjadi single mother, setelah anaknya baru sukses justru anaknya tertimpa musibah yang berat. Jelas berat bagi Ibu Choi Kang Ho yang menanggung bebannya sendirian selama ini.
12. Punya tetangga yang baik adalah anugerah. Meski tidak selalu akur, hidup berdampingan selama puluhan tahun, orang-orang di desa dalam drama ini tolong menolong baik suka maupun duka,
Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari penderita demensia dalam drama ini adalah:
1. Mereka mengingat memori kenangan paling manis dan paling pahit dalam kehidupan mereka. Jika Choi Kang Ho mengingat kata-kata 'kejam' yang selalu dilontarkan ibunya, salah satunya adalah 'Jangan kenyang, nanti mengantuk. Jika mengantuk, akan susah belajar.' Bapake juga begitu, setiap hari salah satu yang diingatnya ketika mengalami demensia ini adalah 'Masih punya peternakan ayam gak? Punya utang gak?'. Ternyata di fase saat kami memiliki peternakan ayam, di mata orang lain adalah fase paling stabil dalam kehidupan keluarga kami saat itu, ternyata itu justru fase paling berat bagi bapak. Dibalik itu, banyak harus yang ia lakukan termasuk mengambil cicilan utang di bank, yang hampir semua dilakukan bagi semua abdi negara untuk menyambung hidup dengan gaji seadanya. Oleh karena itu, aku sampai sekarang tidak berani mengambil hutang. Biarlah hidup dengan keadaan pas-pasan. Nggak punya apa-apa, yang penting masih bisa makan, dan yang penting nggak punya tanggungan hutang :')
2. Mengingat orang yang paling disayangnya. Choi Kang Ho, meski dengan memori umurnya seperti tujuh tahun, tapi jika bertemu dengan Lee Mi Jo selalu kesengsem. Dadanya terasa sakit, meski sebenarnya dia tidak tahu jika Lee Mi Jo pernah menjadi bagian dalam hidupnya. Begitupula dengan bapake, meski almarhumah mama sudah nggak ada hampir delapan belas tahun dan sudah memiliki istri lagi, tapi justru memori bersama mama yang selalu dikenangnya :')
3. Jika fase bahagia, memorinya cepat lupa. Tapi jika memasuki fase sedih atau marah, bisa lama hilangnya. Makanya kalau kita senggol sedikit atau salah berkata-kata, emosinya langsung memuncak dan sudah diredakan :')
4. Cedera kepala. Choi Kang Ho dan bapake sama-sama mengalami kecelakaan dalam berkendara. Jika Choi Kang Ho kecelakaan yang disengaja oleh orang yang tidak menyukainya, bapake kecelakaan persis seperti yang aku dan adik-adikku khawatirkan selama ini, berkendara sendiri di jam-jam menjelang magrib yang selalu ia lakukan untuk menjemputnya istrinya :(
5. Hilangnya memori pendek dan memori panjang, tidak bisa disamakan setiap orang. Sudah aku jabarkan di poin 1. Choi Kang Ho dan bapake sama-sama tidak mengingat saat kecelakaan terjadi.
6. Stroke. Pasca kecelakaan, selain terganggunya memori, juga mengalami gejala stroke yang berbeda-beda setiap orang. Choi Kang Ho dan bapake mirip banget; sama-sama tidak bergerak pasca kecelakaan. Hal yang dilakukan saat awal juga sama: tidak punya semangat kemauan untuk berusaha. Jika Choi Kang Ho selalu menutup mulut saat awal-awal pasca kecelakaan saat disuapi ibunya, bapake juga susah makan di awal karena menurut memorinya sudah kenyang karena abis makan, jika minum obat pun ternyata di simpan di bawah lidah x))
7. Terapi. Pasien demensia, memang harus menjalani terapi. Memang tidak mudah, awal-awal pasti sulit karena terasa sakit. Yang penting harus ada kemauan kuat dari sang pasien dan keluarga yang mendukung penuh. Jika Choi Kang Ho, bisa sembuh seperti semula, beda halnya dengan bapake yang sudah tahun kedua meski sudah bisa berjalan tapi mudah lelah karena mungkin faktor umur juga mempengaruhi.
8. Kurang tidur dan stress. Seperti Choi Kang Ho yang dituntut belajar, belajar dan belajar sedari kecil karena harus jadi jaksa seperti yang dicita-citakan ibunya. Bapake juga jarang beristirahat; bekerja, bekerja dan bekerja sampai pensiun. Sedari kecil, bapake sangat mandiri karena diasuh oleh kakaknya alias jauh dari orangtua. Hal itu membentuknya menjadi karakter yang disiplin dan tegas. Begitupula Choi Kang Ho, selalu terdepan diantara teman-temannya sejak dibangku sekolah bahkan sampai bekerja. Salah satu hikmah yang bisa kita ambil adalah jangan bekerja terlalu keras. Sayangi diri sendiri, karena kalau bukan kita siapa lagi.
9. Menuntaskan apa yang belum selesai. Choi Kang Ho saat menghilangkan bola kesayangan anaknya Lee Mi Joo, dia merasa bersalah dan berusaha keras mencarinya sampai ketemu. Begitupula dengan bapake, jika kepentok sedikit dengan hal-hal yang belum selesai, ya ampun riwehnya minta ampun. Pas awal-awal bisa jalan, justru susah sekali tidur padahal matanya sudah kelihatan sangat lelah. Seringkali aku harus meladeninya bahkan sampai setengah tiga pagi belum juga mau tidur karena menurutnya ada urusannya yang belum selesai padahal itu hanyalah di awang-awang pikirannya :')
10. Sering tiba-tiba hilang. Ibunya Choi Kang Ho seringkali cemas jika meninggalkan Choi Kang Ho sendirian, mengingat dia yang berubah seperti anak kecil. Begitupula dengan bapake pas awal-awal bisa jalan, meski di rumah ada adek-adek yang bekerja dari rumah, tetap aja suka 'kecolongan' bapake keluar rumah tanpa ketahuan. Nggak cuma siang, kadang malam. Jadi meski siang, rumah dan gerbang terpaksa digembok karena bapake sering tak terkendali tiba-tiba hilang. Alhamdulillah kalau sekarang udah gak menghilang keluar rumah lagi. Malah susah banget buat diajak keluar rumah :')
11. Amnesia antergrade biasanya kesulitan dalam hal mengingat memori baru setelah amnesia. Sebaliknya, amnesia retrograde biasanya kesulitan mengakses ingatan sebelum timbunya amnesia. Manusia bisa mengalami dua hal ini sekaligus. Choi Kang Ho dan bapake sama-sama mengalami dua hal ini sekaligus :')
Banyak kalimat favorit dalam drama ini:
1. Orang yang harus kita syukuri bukan orang yang menyelamatkan kita, melainkan yang membuat kita hidup. -Choi Kang Ho-
2. Banyak orang yang ingin kembali ke masa kecil. Dengan begitu, banyak yang bisa kita ubah. -Jin Young Soon-
3. Tidak semua orang diberi kesempatan untuk hidup lebih awal lagi. -Jin Young Soon-
4. Membiarkan orang memanfaatkanmu adalah dosa besar. -Bang Sam Sik-
5. Aku masih benci dan merasa berat. Justru karena itu aku harus mencapainya. Begitulah caraku membalas dendam pada cita-cita. -Choi Kang Ho-
6. Sekarang aku memang tidak punya apa-apa. Jadi, aku akan mulai dari diriku. -Lee Mi Joo-
7. Meski tidak saling bicara, kita bisa saling tahu hanya dari tatapannya. Begitulah orangtua dan anak. -Jung Gum Ja-
8. Pasti ada alasan kamu ditinggalkan. Mungkin kini dia tidak bisa mengatakannya, tapi suatu saat kau akan memahami itu. -Lee Mi Joo-
9. Kau haru belajar melakukan semua sendiri agar menjadi dewasa. -Jin Young Soon-
10. Meski tubuh kita berjauhan, hatiku selalu bersama ayah dan ibu, di dalam kenangan kita bertiga. -Choi Kang Ho-
11. Hidup itu sangat indah dan membuatmu bersyukur. Setiap satu hal diambil oleh hidupmu, maka ada hal lain yang menggantikannya. -Jin Young Soon-
12. Seorang ibu bisa menggantikan apa pun di dunia ini. Tapi tak ada yang bisa menggantikan posisi seorang ibu. -Son Yong Rak-
13. Aku dan kamu terhubung sebagai ibu dan anak. Ini adalah hubungan yang istimewa. Jadi aku ingin menjadi ibu terbaik bagimu. -Jin Young Soon-
14. Babi memang harus jatuh agar bisa melihat dunia yang belum pernah dilihat sebelumnya. Begitulah babi. Begitupula manusia. -Jin Young Soon-
15. Orang yang punya anak tidak seharusnya berbicara kasar pada anak lain. -Mr. Bang-
16. Kita akan makin hidup, jika mencoba untuk hidup. -Jung Gum Ja-
17. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi dalam hidup. -Jin Young Soon-
18. Balas dendam sesungguhnya adalah benar-benar melupakan hingga kita bahkan tak ingat alasannya dan terus hidup dengan baik. -Jin Young Soon-
19. Bagaimana kau bisa melukai perasaan anak lain hanya untuk membela anakmu? -Jung Gum Ja-
20. Selama hidup aku sadar bahwa hidup ini bukanlah masalah. Bukankah kita hanya perlu hidup bersama orang yang kita cintai? -Lee Ye Jin-
21. Butuh tujuh kebohongan untuk menutupi satu kebohongan. Begitupula dosa. Untuk menutupinya dengan sempurna, mereka harus melakukan dosa lain. -Choi Kang Ho-
22. Tak apa-apa kau membuat masalah. Tidak apa-apa juga menganggur. Setidaknya tetaplah hidup. -Mr Bang-
Terlalu bagus drama ini, sayang jika dilewatkan. Pokoknya banyak mengandung bawang :')
Komentar
Posting Komentar